Senin, 26 April 2010

MUSLIM RUMANIA WARISAN OTTOMAN

Setiap tahun, kalangan non-Muslim makin banyak yang memeluk Islam dan menjadi mualaf.

Kalau ada satu-satunya negara Eropa Timur yang menjadi surga bagi pemeluk Islam, mungkin hanya Rumania. Di sini, selama lebih dari 10 abad, seluruh etnis penganut Islam: Turki, Tatar, Albania, dan Gypsie, membentuk komunitas Muslim yang kokoh. Namun, kesulitan ekonomi di awal abad ke-20 dan kekuasaan rezim komunis selama 50 tahun menurunkan populasi mereka.

Komunitas Muslim Rumania yang tersisa masih bisa kita lihat di Dobrudja. Di sini, Anda akan menyaksikan keberagaman masyarakat Muslim yang diwariskan Kekaisaran Ottoman Turki. Sebanyak 80 masjid, rata-rata berusia di atas 75 tahun, berdiri kokoh memperindah jiwa kawasan ini. Sementara itu, masyarakatnya senantiasa mengucap ‘Assalaamu ‘alaikum’ kepada siapa pun.

Seperti ditulis sejarawan Muslim Rumania, Georges Gregory, hampir tidak ditemukan kenangan buruk perlakuan penguasa non-Muslim setelah kemunduran Kekaisaran Ottoman. Yang ada justru Masjid Raja Carol I di Constanta, yang dibangun tahun 1910 sebagai penghormatan terhadap masyarakat Muslim di Rumania.

Terletak di Crangului Street, arsitektur masjid ini mencerminkan unsur campuran gaya Byzantium-Mesir dan sedikit unsur Rumania. Di dalamnya, mimbar dan ruang imam dibangun dengan gaya Moor. Balkon di bagian atas masjid diperuntukkan bagi Muslimah yang selalu mengikuti shalat berjamaah.

Tahun 1992, setelah kejatuhan rezim komunis, Pemerintah Rumania menyebut masjid ini sebagai monumen bersejarah. Sedangkan sebuah organisasi Muslim Belanda, menjulukinya sebagai karya besar Gogu Constantinescu, penemu besar Rumania. Di Dobrudja pula, Anda akan menemukan aplikasi ajaran Islam bahwa kebersihan sebagian dari iman. Buktinya, Dobrudja menjadi salah satu daerah tujuan wisata sejarah paling penting di kawasan Balkan. Sebuah status yang mampu mengangkat perekonomian masyarakat Muslim di dalamnya.

Komunitas Muslim di Rumania telah ada jauh sebelum Kekaisaran Ottoman menaklukkan kawasan ini. Menurut catatan Wikipedia, Islam telah ada di kawasan ini sejak 700 tahun silam. Para prajurit Tatar dari Kekaisaran Golden Horde (1280-1310), pimpinan Noghai yang kali pertama membentuk desa-desa Muslim di Dobrudja. Para antropolog menyebut mereka Noghai Tatar, untuk membedakan dialek mereka dengan masyarakat Tatar yang datang belakangan.

Sultan Bayezid I dari Kekaisaran Ottoman Turki yang menaklukkan Dobrudja di akhir abad ke-14, sempat memindahkan mereka ke Badabag. Namun, Sultan Mehmet I (1413-1421) memukimkan mereka kembali di Dobrudja bersama orang-orang Turki dari Asia Kecil.

Kini, penganut Islam di Rumania tidak hanya terbatas pada komunitas Muslim di Dobrudja. Beberapa tahun terakhir, banyak warga non-Muslim di Rumania yang tertarik untuk masuk Islam. Asosiasi Muslim Rumania yang bermarkas di Bukarest, ibu kota Rumania, secara khusus mencatat kebanyakan para mualaf di Rumania masuk Islam pada bulan Ramadhan.

Robert Hoisan dari Asosiasi Muslim Rumania menuturkan, kini hampir di setiap kota-kota besar di Rumania terdapat komunitas Muslim. Salah satunya adalah kota Constanta, yang memiliki populasi umat Islam terbesar, mencapai 85 persen. Constanta sendiri merupakan sebuah kota keresidenan di tenggara Rumania.

Mualaf meningkat
Ramadhan tahun lalu, kata Hoisan, menjadi bulan puasa yang sangat spesial di Rumania karena orang yang masuk Islam makin banyak. Menambah jumlah warga Muslim Rumania yang pada tahun lalu, tercatat ada sekitar 70 ribu jiwa atau 2 persen dari 22 juta jiwa total penduduk negara ini. Kebanyakan dari mereka berasal dari Turki dan Albania.

Pada Ramadhan tahun lalu, seperti dilansir situs IslamOnline, para mualaf di Rumania dilibatkan secara aktif dalam aneka aktivitas selama bulan puasa. Salah satu yang menarik adalah acara buka bersama. Tak seperti biasanya, kali ini mereka berkeliling kota untuk menjumpai rekan-rekan sesama Muslim untuk diajak buka bareng. Tujuan mereka adalah untuk membangun jembatan antarsesama saudara se-Islam.”Ini merupakan kali pertama para mualaf turut serta, secara aktif dalam aneka aktivitas selama Ramadhan. Contohnya, Ramadhan ini, kami menyelenggarakan buka puasa bersama dengan cara berpindah-pindah. Kami bersafari dari satu kota ke kota lainnya untuk acara buka bersama ini,” ujar Hoisan.

Seiring dengan meningkatnya jumlah warga Rumania yang masuk Islam, Asosiasi Muslim Rumania juga berupaya untuk membangun jaringan (network) dengan kalangan Islam di seluruh Eropa.”Kami telah menyusun daftar mualaf baru di seluruh Rumania, semata-mata untuk menjalin silaturahim dengan mereka. Kami undang mereka ke masjid. Tak hanya untuk berbuka, tetapi juga guna membahas berbagai persoalan menyangkut masa depan Islam di sini,” ujar Hoisan.

Dia juga menyebutkan, kitab suci Alquran dan petunjuk Nabi Muhammad SAW harus menjadi acuan untuk membangun segala aspek dalam kehidupan. ”Kami terus belajar dan mencoba berbagi ilmu semampu kami dengan para mualaf baru. Begitu juga, dengan orang-orang non-Muslim yang tertarik dengan Islam,” ungkap Hoisan.

Para mualaf di Rumania memang terlihat sangat aktif pada tahun-tahun terakhir ini. Tak hanya di bulan Ramadhan, tapi juga di waktu yang lain, katakan seperti di bulan haji mereka juga terlibat aktif. Bahkan, setiap tahun terjadi peningkatan jamaah yang cukup signifikan. Pada tahun 2006 silam, diikuti oleh 320 jamaah dan merupakan yang terbesar sejak 1989, atau setelah lepas dari komunis. Haji tahun 2005 diikuti oleh 180 jamaah. Beberapa dari mereka mengaku mendapatkan kedamaian hati yang tiada tara selepas melaksanakan ibadah haji.

”Bagi saya, haji adalah pengalaman rohani terindah yang pernah saya rasakan dalam hidup. Saya bersyukur bisa ke sana. Nikmat sekali mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Alquran di Makkah,” ujar Istan Liliana, salah seorang mualaf Rumania yang masuk Islam pada pertengahan 2005 silam seperti dikutip IslamOnline.

Liliana yang bermukim di Kota Constanta memang telah lama menunggu kesempatan untuk bisa ziarah ke Tanah Suci, guna mendapatkan kedamaian hati dan pikiran. Ia mengaku banyak mendapat tantangan setelah memeluk Islam, baik dari keluarga maupun masyarakat. Misalnya, ia kehilangan pekerjaannya persis selepas mengenakan jilbab. Lalu, diacuhkan oleh keluarga dan teman-temannya. Dia tetap tegar menghadapinya seraya berdoa untuk keluarga dan para sahabatnya, agar mendapatkan hidayah suatu ketika nanti. ”Namun, kebahagiaan yang saya peroleh lebih besar daripada tantangan ini,” katanya.

Manfaatkan TV Sebagai Sarana Dakwah

Hasil dari revolusi telekomunikasi menuai hasil. Berkat revolusi telekomunikasi ini, masyarakat Muslim di Rumania kini menggunakan televisi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan Islam ke seluruh penjuru wilayah tenggara Eropa.”Televisi adalah cara tercepat untuk menjangkau ke berbagai lapisan masyarakat,” kata Abu Alaa El-El-Gheithy, direktur Taiba Foundation, kepada IslamOnline.

Melalui media ini, tegas Gheithy, pihaknya dapat memiliki akses yang mudah ke setiap rumah di Rumania. Taiba Foundation, jelasnya, akan menyiarkan program bertajuk ‘Islam Today’ di saluran televisi swasta, DDTV. Program berdurasi dua jam ini akan tayang seminggu sekali untuk memperkenalkan Islam ke masyarakat Rumania. ”Sejak 2006, lebih dari 100 episode dari program ini telah disiarkan,” ujarnya.

Gheithy menambahkan, pihaknya juga menampilkan masyarakat biasa dari kalangan Muslim sebagai bintang tamu, untuk membahas masalah kepedulian terhadap minoritas Muslim. ”Hal ini telah membuat pemirsa lebih mengenal kami dan pesan yang ingin kami sampaikan,” paparnya.

Saat ini terdapat sekitar 70 ribu Muslim di Rumania. Jumlah tersebut meningkat dua persen dari total populasi 22 juta penduduk di Rumania. Kebanyakan Muslim di Rumania berasal dari masyarakat beretnis Tatar, Turki, atau etnis Albania.

Lebih jauh Gheithy mengatakan, banyak program TV lokal yang tertarik untuk mengundang pemimpin Muslim sebagai bintang tamu. ”Kami telah diundang oleh saluran TV swasta nasional terkemuka di Rumania, untuk berbicara mengenai masalah-masalah yang terkait dengan minoritas Muslim,” katanya.

Tidak hanya itu, pihaknya, lanjut Gheithy, juga diminta untuk mengulas isu seputar perkawinan campuran dan poligami. ”Dengan begitu, kami bisa menjelaskan semua pandangan keliru terhadap Islam selama ini.”

Ia mengatakan, masyarakat dari kalangan Muslim juga bisa tampil di televisi untuk membahas berbagai masalah dari perspektif Islam. Keberadaan TV dakwah ini, sambungnya, juga memberikan kesempatan kepada Muslim Rumania untuk mengetahui isu-isu seputar dunia Arab.”Kami juga membahas berbagai isu-isu mengenai perempuan, tindakan ekstremis, terorisme, dan toleransi kehidupan beragama,” tambahnya.

Syiar Islam di Rumania juga tidak hanya dilakukan melalui media televisi. Muslim Rumania juga menggunakan media cetak, salah satunya dengan menerjemahkan buku-buku Islam ke dalam bahasa lokal. ”Muslim di sini telah menerjemahkan lebih dari 55 buku yang sesuai dengan kondisi masyarakat di Eropa,” ujarnya.

Kalangan Muslim Rumania, tambah Gheithy, juga ikut ambil bagian dalam berbagai pameran buku dengan menampilkan beberapa buku terjemahan Islam. Selain itu, umat Islam juga menyelenggarakan forum dan pertemuan untuk memperkenalkan Islam ke masyarakat Rumania.”Ini sangat penting bagi minoritas Muslim di Barat, untuk memperluas media penyampaian dalam mendidik masyarakat tentang Islam,” katanya. dia/taq[republika]

Presiden Teladan dan Termiskin di Dunia

Presiden Iran saat ini:


Mahmoud Ahmadinejad, ketika di wawancara oleh TV Fox (AS) soal kehidupan pribadinya:




“Saat anda melihat di cermin setiap pagi, apa yang anda katakan pada diri anda?” Jawabnya: “Saya melihat orang di cermin itu dan mengatakan padanya:
“Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran .”

Berikut adalah gambaran Ahmadinejad yang belum tentu orang ketahui, dan pastiyang membuat orang ternganga dan terheran-heran :

1. Saat pertama kali menduduki kantor kepresidenan Ia menyumbangkan seluruh karpet Istana Iran yang sangat tinggi nilainya itu kepada masjid2 di Teheran dan menggantikannya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan.


2. Ia mengamati bahwa ada ruangan yang sangat besar untuk menerima dan menghormati tamu VIP, lalu ia memerintahkan untuk menutup ruang tersebut dan menanyakan pada protokoler untuk menggantinya dengan ruangan biasa dengan 2 kursi kayu, meski sederhana tetap terlihat impresive.














3. Di banyak kesempatan ia bercengkerama dengan petugas kebersihan di sekitar rumah dan kantor kepresidenannya.



4. Di bawah kepemimpinannya, saat ia meminta menteri2 nya untuk datang kepadanya dan menteri2 tsb akan menerima sebuah dokumen yang ditandatangani yang berisikan arahan2 darinya, arahan tersebut terutama sekali menekankan para menteri2nya untuk tetap hidup sederhana dan disebutkan bahwa rekening pribadi maupun kerabat dekatnya akan diawasi,
sehingga pada saat menteri2 tsb berakhir masa jabatannya dapat meninggalkan kantornya dengan kepala tegak.

5. Langkah pertamanya adalah ia mengumumkan kekayaan dan propertinya yang terdiri dari Peugeot 504 tahun 1977, sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran. Rekening banknya bersaldo minimum, dan satu2nya uang masuk adalah uang gaji bulanannya.


6. Gajinya sebagai dosen di sebuah universitas hanya senilai US$ 250.



7. Sebagai tambahan informasi, Presiden masih tinggal di rumahnya.
Hanya itulah yang dimilikinyaseorang presiden dari negara yang penting baik secara strategis, ekonomis, politis, belum lagi secara minyak dan pertahanan.
Bahkan ia tidak mengambil gajinya, alasannya adalah bahwa semua kesejahteraan adalah milik negara dan ia bertugas untuk menjaganya.

8. Satu hal yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas yg selalu dibawa sang presiden tiap hari selalu berisikan sarapan; roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya dan memakannya dengan gembira, ia juga menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk presiden.





9. Hal lain yang ia ubah adalah kebijakan Pesawat Terbang Kepresidenan,
ia mengubahnya menjadi pesawat kargo sehingga dapat menghemat pajak masyarakat dan untuk dirinya, ia meminta terbang dengan pesawat terbang biasa dengan kelas ekonomi.

10. Ia kerap mengadakan rapat dengan menteri2 nya untuk mendapatkan info tentang kegiatan dan efisiensi yang sdh dilakukan, dan ia memotong protokoler istana sehingga menteri2 nya dapat masuk langsung ke ruangannya tanpa ada hambatan. Ia juga menghentikan kebiasaan upacara2 seperti karpet merah, sesi foto, atau publikasi pribadi, atau hal2 spt itu saat mengunjungi berbagai tempat di negaranya.



11. Saat harus menginap di hotel, ia meminta diberikan kamar tanpa tempat tidur yg tidak terlalu besar karena ia tidak suka tidur di atas kasur, tetapi lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut. Apakah perilaku tersebut merendahkan posisi presiden? Presiden Iran tidur di ruang tamu rumahnya sesudah lepas dari pengawal2nya yg selalu mengikuti kemanapun ia pergi.
Menurut koran Wifaq, foto2 yg diambil oleh adiknya tersebut, kemudian dipublikasikan oleh media masa di seluruh dunia, termasuk amerika.




12. Sepanjang sholat, anda dapat melihat bahwa ia tidak duduk di baris paling muka




13. Bahkan ketika suara azan berkumandang,
ia langsung mengerjakan sholat dimanapun ia berada meskipun hanya beralaskan karpet biasa




14. baru-baru ini dia baru saja mempunyai Hajatan Besar Yaitu Menikahkan Puteranya. Tapi pernikahan putra Presiden ini hanya layaknya pernikahan kaum Buruh. Berikut dokumentasi pernikahan Putra Seorang Presiden




sebegitu sederhanakah dia?






Minggu, 25 April 2010

ETIKA KEDOKTERAN DIJAMAN TURKI USMANI

Dari dulu hingga kini, dokter merupakan profesi yang sangat dihormati. Dunia kedokteran yang mulai berkembang pesat pada era kejayaan Islam telah menetapkan aturan atau kode etik bagi para dokter. Para dokter Muslim diwajibkan untuk memegang teguh etika kedokteran dalam membantu mengobati pasiennya.

Dunia kedokteran Islam mengalami masa kejayaannya hingga era kekhalifahan Turki Usmani. Pada masa ini, dalam menjalankan tugasnya, para dokter juga diatur oleh sebuah etika kedokteran yang sangat ketat. Menurut Akdeniz (Sari) N dalam karyanya Osmanlilarda Hekim ve Hekimlik Ahlaki (Dokter Ottoman dan Etika Kedokteran), kode etik merupakan panduan bagi para dokter dalam menjalankan tugasnya.

”Setiap dokter harus mematuhi etika kedokteran dalam setiap tindakannya,” tutur Akdeniz. Menurut dia, secara garis besar ada empat hal yang harus dipegang teguh seorang dokter di era kekhalifahan Turki Usmani, yakni; kesederhanaan/kesopanan, kepuasan, harapan dan kesetiaan. Seorang dokter yang baik, papar Akdeniz, akan mematuhi keempat aturan dalam menjalankan praktiknya.

Para dokter di zaman Turki Usmani bersama-sama menyusun kode etik kedokteran. Mereka mengusulkan apa yang harus dilakukan serta yang tak boleh dilakukan dalam menjalankan praktik medis. Menurut Akdeniz, berdasarkan catatan para dokter di zaman itu, etika kedokteran mengatur perilaku dokter saat berinteraksi dengan pasiennya.

Elemen moral seorang dokter menjadi hal utama yang diatur dalam etika kedokteran pada masa Turki Usmani. Menurut Prof Nil Sari, di zaman modern ini telah terjadi perubahan yang begitu besar, akibat pesatnya perkembangan pengetahuan dan teknologi medis. Akibatnya, kata Prof Nil Sari, nilai-nilai moral dipegang teguh para dokter dahulu mulai terkikis dan tergantikan dengan nilai-nilai baru.

“Kebaikan telah mengalami kemunduran,” papar Prof Nil Sari dalam karyanya bertajuk “Tip Deontolojisi”. Akdeniz menambahkan, pada era kekhalifahan Turki Usmani, etika kedokteran dibuat untuk menjaga agar moralitas dan tingkah laku seorang dokter tetap terjaga.

Menurut Akdeniz, kesederhanaan, kepuasan, kesetiaan dan harapan merupakan empat hal penting yang harus dipegang teguh seorang dokter dalam berhubungan dengan pasiennya di era kekhalifahan Turki Usmani. Sayangnya, kata Akdeniz, keempat hal yang sangat penting itu kerap diabaikan para dokter di era modern ini.

Pada abad ke-20 M, kemajuan besar telah dicapai di bidang studi etika medis. “Etika medis saat ini terkonsentrasi pada pemecahan pilihan moral sesuai dengan prinsip-prinsip etika dan peraturan,” ungkap Beauchamp LT dalam karyanya Childress FJ: Principles of Biomedical Ethics.

Inilah empat etika kedokteran yang dijalankan para dokter di zaman kekuasaan kekhalifahan Turki Usmani.

Kesopanan/kesederhanaan

Kesopanan merupakan nilai kebaikan tertinggi yang sangat berharga, karena tugas dokter telah ditentukan sebagai khalifah dari Allah SWT, yang dipercaya bisa menyembuhkan. Dokter Turki Usmani diharapkan mengetahui dirinya sebagai khalifah Tuhan yang bertugas dalam penyembuhan dan tidak menganggap dirinya sebagai seorang penyembuh nyata.

Kala itu, masyarakat percaya bahwa penyakit dan penyembuhan adalah kehendak Tuhan, dan menghaluskan nilai kesopanan. Masyarakat percaya bahwa seorang dokter hanya sarana dan penyembuh nyata adalah Allah. Tanpa kehendak hati-Nya, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan. Untuk itu, haruslah mengembangkan kesopanan sebagai nilai kebaikan.

Banyak penulis bidang pengobatan Turki Usmani menganjurkan dokter untuk tidak bangga dan tidak percaya diri atas diri mereka. Menurut Akdeniz, dokter diasumsikan menyembuhkan pasien tidak harus menyombongkan diri. Hal itu tercantum dalam literatur medis di zaman Turki Usmani.

Akdeniz mengutip kisah seorang dokter bijak dan terkemuka di kekhalifahan Turki Usmani bernama Nidai. Dokter dari abad ke- 16 M itu, mencoba memberikan nasihat kepada rekan-rekannya, “Jangan katakan saya telah menyembuhkan pasien, sebab asumsi itu adalah dusta, Penderitaan dan obat berasal dari Pencipta, Dia lakukan apa yang jadi kehendak-Nya, Allah-lah yang berkendak,” tutur Nidai.

Pesan yang sama juga dituturkan dokter Muslim lainnya Emir Celebi, “Dokter memahami dirinya menjadi rendah hati, tidak harus menghubungkan efek pengobatan dengan pengetahuan dan keterampilan. Ia tidak harus memahami dirinya untuk bisa, tidak boleh bangga kepada seni dan praktiknya, apapun dapat diambil dari tempatnya. Ia harus percaya bahwa kebaikan Allah akan selalu membantunya.”

”Seorang dokter tidak boleh bersikap bangga di samping pasien, bahkan ia harus berusaha untuk menolong dan menghibur pasien.” papar Emir Celebi karyanya Enmuzec-i Tib. Makna kesopanan tecermin dari aspek-aspek lain dari perilaku seorang dokter yang baik. Kesopanan telah tercatat bermanfaat dalam pengembangan pengobatan.

Kepuasan
Prof Nil Sari dalam karyanya Osmanli Darussifalarina Tayin Edilecek Görevlilerde Aranan Nitelikler menjelaskan bahwa keadilan dan kesetaraan hak dalam penyembuhan medis merupakan norma etika penting dan nilai keadilan membantu perkembangan kepuasan sebagai kebaikan utama yang diharapkan dari dokter.

Akdeniz menambahkan, seorang dokter yang berambisi untuk mencari uang dalam pekerjaannya, maka akan jauh dari keadilan dan kebenaran, akibatnya pasien tidak hanya akan dirugikan atau dibahayakan, tetapi rasa percaya pada dokter dan pengobatan akan hilang. Hal ini juga tercatat di dalam manuskrip pengobatan Turki Usmani. Manuskrip itu juga menjelaskan masalah belas kasihan dokter terhadap pasien, dan dokter ini dianggap sebagai dokter yang dipercaya dengan baik.

Serafeddin Sabuncuoglu, seorang ahli bedah di abad ke 15 M, juga menyarankan agar seorang dokter tidak boleh mengobati penyakit untuk tujuan mendapatkan uang. “Jangan mencoba untuk melakukan penyembuhan pasien yang sia-sia. Ketika Anda dianggap baik, hati-hati dianggap tidak sopan, dianggap sangat gila uang. Tindakan murah hati akan melebihi kemuliaan dan ambisi Anda,” tuturnya dalam Cerrahiyetul Haniye.

Dokter bernama Nidai, menjelaskan, seorang dokter harus bisa melawan imbalan uang yang ditawarkan kepadanya. “Jangan gemar uang, puaslah dengan apa yang menjadi hakmu. Jangan menggilai keberadaan yang sementara ini. Hati-hati mengamati tujuan Anda. Bertingkah laku sewajar nyalah, sehingga Anda tidak akan menderita,” pesan Nidai kepada para dokter.

Abbas Vesim juga menuturkan bahwa seorang dokter harus melawan uang yang bukan haknya dengan alasan pengobatan. Ia mengajarkan seorang dokter agar melawan, tidak menjadi ambisius dan tekun mengumpulkan uang. “Ambisi terhadap harta benda dan uang akanmenurunkan penghormatan terhadap dokter dan tingkat kepercayaan pengobatannya,” ujarnya menegaskan.

Kesetiaan dan Optimisme Cermin Perilaku Dokter Muslim

Kesetiaan merupakan nilai kebaikan yang harus dipegang teguh seorang dokter di zaman Kekhalifahan Turki Usmani dalam mengobati pasiennya. Seorang dokter harus melanjutkan pengobatan kepada pasiennya selama dia mampu. Meski perilaku pasien yang ditanganinya sangat menjengkelkan dan mengganggu, seorang dokter harus tetap berusaha mengobatinya dengan penuh kesetiaan.

“Inilah etika yang mengatur seorang dokter agar tidak meninggalkan pengobatan kepada pasiennya,” papar jelas Akdeniz (Sari) N. Menurut dia, kesetiaan adalah bentuk tanggung jawab yang harus dijalankan seorang dokter.

Menurut dokter terkemuka di era kekhalifahan Turki Usmani, Vesim Abbas, menjelaskan aturan kesetiaan seorang dokter. Menurutnya, dokter harus membuka hati terhadap kelakuan buruk pasiennya. Dokter tidak boleh membalas dendam kepada pasien, meskipun pasien berkelakuan tidak sopan.

“Dokter harus mengabaikan tindakan tidak sopan pasien. Dokter tidak akan bereaksi terhadap perilaku buruk pasien, sebaliknya ia harus bertindak dalam rangka pengobatan dan keterampilannya, yang seharusnya ia tidak condong untuk menghentikan pengobatan, tidak merasa terhina, tetapi mencoba untuk melanjutkan perawatan. Kesabaran dari dokter yang efisien adalah salah satu cara untuk pengobatan,” jelas Abbas Vesim.

Sebagai gantinya, pasien diharapkan bertanggung jawab untuk mencoba cara pengobatan, resep obat yang ditetapkan dokter. Pasien diharapkan bertindak sesuai dengan nasihat dari dokter untuk pengobatan, ini baik untuk dokter dan pasien.

“Tak mengindahkan nasihat dari dokter mungkin dapat merusak, baik untuk dokter dan pasien,” ujar Siyahi, dokter di abad ke-16 M. “Beberapa pasien melakukan sebagian dari saran dokter, karenanya tidak dapat disembuhkan, malah menyalahkan dokter. Jangan melakukan dosa dengan mencampakkan kerja dokter,” kata Siyahi Larendevi dalam karyanya Mecma’-i Tibb-i Siyahi.

Optimisme
Seorang dokter diharapkan merawat pasiennya secara jujur. Namun, seorang dokter tak boleh menyebabkan pasiennya mengalami keputusasaan. Ibnu Shareef, seorang dokter dari abad ke-15 M, mengajarkan kepada para dokter untuk mengmbangkan dan menumbuhkan rasa optimisme kepada pasiennya.

“Jika seorang bertanya kepada dokter, apakah pasien itu akan mati dan kapan? Maka, dokter tidak boleh memberitahukan kepada pasien terkait kematiannya, dokter tidak harus mengatakan bahwa pasien akan mati hari ini atau besok,” tutur Ibnu Shareef. Menurut dia, keputusan dokter untuk tak mengungkapkan hal itu akan sangat bermanfaat bagi pasiennya.

Sikap itu akan menumbuhkan optimisme bagi si pasien untuk sembuh. ”Kami merasakan banyak denyutan dari mereka. Hal itu menjadi pertanda kematian. Namun, mereka tidak mati, mereka kembali dan bangun. Jadi tidak tepat untuk memberi tahu keluarga dan teman-teman tentang kematian pasien, bahkan jika dokter itu hanya menduga.”

”Hanya Allah saja yang tahu kebenaran. Apapun penyakit yang mungkin, pasien harus dirawat dengan baik. Pasien harus jauh dari kegelisahan dan kesedihan dengan cara pengobatan apapun yang mungkin. Tolong lakukan dengan memotivasi dan dengan harapan bahkan dengan pemberian hadiah. Ia harus bergembira dengan teman dekatnya dan orang yang baik hati mengunjunginya. Jadi, pasien akan merasa bahagia dan semangat yang semakin meningkat,” papar Ibnu Shareef dalam karyanya Yadigar.

Para dokter disarankan untuk tidak berbicara kepada pasien tentang kepastian prognosa penyakitnya. Haci Pasa, seorang dokter Muslim dari abad ke-15 M, dalam karyanya Kitabu’l Teshil fi’t Tib, mengatakan, tidak benar mengekspresikan kebohongan bahwa pasien sudah tentu akan mati atau sembuh.

Abbas Vesim mengatakan hal serupa. Dokter, kata dia, seharusnya tidak mengatakan bahwa seorang pasien pasti akan terus hidup. Hati-hati mencatat periode pasti, berapa lama kira-kira sakit pasien. Ahmed bin Bali Fakih mengungkapkan, nasihat seirang dokter harus mendorong meningkatkan pasiennya, dengan memberinya harapan bahwa penyakitnya akan sembuh Begitulah para dokter Muslim di era Kekhalifahan memegang teguh etika kedokteran dalam menyembuhkan pasiennya.

Aturan berperilaku yang dikembangkan para dokter di zaman kejayaan Islam, penting kiranya dihidupkan kembali para dokter Muslim di era modern ini. -des/she/taq/republika

Aceh-Turki

Sekilas Hubungan Aceh dengan Turki
by sudirman
Hubungan antara Aceh dengan Turki sudah berlangsung lama. Disebutkan bahwa di Banda Aceh terdapat Kampung Bitai dan Emperom yang merupakan cikal bakal tempat tinggal orang Turki di Aceh. Di Kampung Bitai banyak terdapat makam yang diyakini sebagai keturunan Turki, dan Suriah di Kampung Surin. Asal kata Bitai disebutkan berasal dari kata Baital Maqdis, lama kelamaan berubah menurut lidah Aceh yaitu Bitai, sedangkan Emperum berasal dari Empe dan Rium, demikian juga dengan Surin, disebutkan berasal dari kata Suriah.
Sumber Portugis menyebutkan bahwa pertengahan abad ke-16 (sekitar tahun 1540 M) Aceh telah mengadakan hubungan dengan Turki. Pinto, seorang petualang Portugis menyebutkan bahwa Aceh telah mendapat sumbangan dari Turki sebanyak 300 orang ahli, bantuan tersebut dibawa oleh kapal Aceh sebanyak 4 buah yang sengaja datang ke Turki untuk mendapatkan alat-alat senjata dan pembangunan.
Selama abad ke-16 dan ke-17 terjadi pertukaran, baik dagang maupun diplomatik dan budaya antara Istanbul dengan Aceh. Utusan Aceh yang pertama ke Konstantinopel pada tahun 1562 M yang dikirim oleh Sultan Ala Addin Riayat Syah Al Kahhar.
Dalam rangka memperoleh bantuan dari Kerajaan Islam terbesar pada waktu itu, pada tahun 1563 M sultan Aceh mengirim suatu utusan ke kerajaan Turki. Utusan tersebut membawa serta hadiah-hadiah berharga dari sultan Aceh kepada penguasa kerajaan Turki. Hadiah-hadiah itu berupa emas, rempah-rempah dan lada.
Selain pemberian hadiah, para utusan Aceh juga telah meyakinkan pihak Turki mengenai suatu keuntungan yang akan diperoleh pihak Turki dari perdagangan rempah-rempah dan lada di Nusantara, apabila orang-orang Portugis telah diusir dari Malaka oleh Aceh dengan bantuan Turki. Perutusan Aceh itu dapat dikatakan berhasil karena suatu keputusan Sultan Selim II Turki bertanggal 16 Rabiul Awal 975 atau 20 September 1567, berisi penyambutan positif atas permintaan sultan Aceh yang dibawa oleh wazirnya bernama Husin. Dari pertemuan Husin dengan Selim II diketahui betapa besarnya tekad kaum muslimin di kepulauan Nusantara untuk mengusir kafir Portugis. Akhirnya pihak Turki bersedia mengirim bantuan kepada Aceh, berupa dua buah kapal perang dan 500 orang tenaga berkebangsaan Turki untuk mengelola kapal-kapal itu. Di antara 500 orang Turki itu juga terdapat ahli-ahli militer yang dapat membuat kapal-kapal perang baik ukuran besar maupun kecil dan meriam berukuran besar. Selain itu, pihak Turki juga memberikan sejumlah meriam berat beserta perlengkapan-perlengkapan militer kepada pihak Aceh. Laksamana Turki Kurt Oglu Hizir diserahi tugas untuk memimpin ekspedisi tersebut dengan tugas khusus mengganyang musuh Aceh, mempertahankan agama Islam dan merampas benteng-benteng kafir.
Di lain pihak, Portugis juga meningkatkan kegiatan-kegiatannya, sekitar tahun 1554-1555 M armada Portugis mengendap terus di pintu masuk laut Merah khusus untuk menyergap kapal-kapal yang datang dari Gujarat dan Aceh. Namun, pengalaman Portugis menunjukkan tidak begitu berhasil mematahkan kegiatannya. Lebih merepotkan Portugis, di samping kegiatan Aceh menghadapi Portugis di laut lepas, Aceh juga tidak henti-hentinya menyerang Malaka. Atau seperti dikatakan oleh Couto dalam ungkapannya bahkan di tempat tidurnya pun Sultan Riayat Syah (Al Kahhar) tidak pernah diam untuk memikirkan pengganyangan Portugis.
Di samping bantuan militer yang diperoleh dari Turki, Aceh juga berusaha mendapatkan dari beberapa pemimpin kerajaan di Nusantara dan India tetapi Aceh hanya mendapatkan sekedar bantuan yang terbatas dari pemimpin Calicut dan Jepara. Selain itu, dalam rangka mengenyahkan Portugis dari kawasan selat Malaka, Aceh juga menggunakan tentara-tentara sewaan yang terdiri atas orang-orang Gujarat, Malabar dan Abyssinia.
Pada masa Sultan Al Mukammil, juga melakukan hubungan dengan Sultan Turki, Mustafa Khan. Ketika itu Sultan Mustafa Khan mengirim subuah bintang kehormatan kepada Sultan Aceh dan memberi pula sebuah pernyataan dan izin bahwa kapal-kapal perang Kerajaan Aceh boleh mengibarkan bendera Turki di tiang kapal perangnya.
Selain itu, dalam Hikayat Aceh terdapat cerita panjang lebar tentang penyambutan perutusan Turki oleh Sultan Iskandar Muda. Suatu perutusan yang dipimpin oleh dua orang datang mencari kamper dan nafta yang diperlukan untuk obat.
Suatu ketika perutusan Aceh diberangkatkan ke Turki (Rum) untuk mengadakan perhubungan antara Aceh dengan Turki. Bingkisan yang dikirim untuk sultan Turki yang terpenting adalah lada, memenuhi semua kapal-kapal yang diberangkatkan. Karena terlalu lama dan banyak rintangan di laut, menyebabkan muatan lada menjadi habis di jalan dan tinggallah secupak lada saja yang dapat disampaikan sebagai bingkisan kepada Sultan Turki. Disebutkan bahwa kapal Aceh menempuh laut Merah lewat Mecha (suatu pelabuhan di Jazirah Arabia), lintasan laut sempit, dari situ berjalan darat melewati Palestina dan Syria (Suriah).
Kisah lada sicupak ini meskipun sudah merupakan dogeng, tetapi terus hidup di tengah masyarakat Aceh. Walaupun demikian, dalam kisah tersebut dapat saja dicari kebenarannya. Salah satu dari bait syair yang dinyanyikan dalam tarian seudati, yang berhubungan dengan peristiwa lada sicupak, sebagai berikut :
Dengo lon kisah Panglima Nyak Dom, U nanggroe Rum troih geubungka, Meriam sicupak troih gepuwo, Geupeujaro bak po meukuta. (Dengarkan kisah Panglima Nyak Dum, Berlayar sampai ke negeri Rum, Meriam sicupak dibawa pulang, diserahkan kepada paduka Mahkota).

Baba Daud : Ulama Aceh Asal Turki
Pertama-tama, terlebih dahulu kita memberikan penjelasan tentang asal kata Rum. Kota Anatolia yang saat ini dikenal sebagai wilayah utama Turki, merupakan kawasan yang berada di bawah hegomoni kekaisaran Bizantium yang juga disebut Kekaisaran Timur Roma pada masa lalu. Masyarakat yang menduduki teritorial Anatolia saat itu, di panggil sebagai orang Rum Sebelum pusat negara Saljuki dan Turki Usmani dapat menguasai wilayah ini. Oleh sebab itulah, mengapa Anatolia telah jauh dikenal sebagai daratan Rum. Disisi lain, Sumber-sumber Arab dan Persia memakai nama Rum untuk kekaisaran Bizantium dan Roma.
Setelah Bangsa Turki Saljuki berhasil merobohkan Anatolia pada permulaan abad ke-13, bangsa Turki mendiami Anatolia dan kemudian masyarakat yang hidup disekitar wilayah ini mulai memanggil mereka dengan gelar Rum.
Setelah Fatih Sultan Mehmed II (sang penakluk) berhasil menguasai Konstantinopel*, nama Rum mulai dipakai untuk golongan Turki. Oleh karena itu, telah menjadi suatu kebiasaan umum bangsa Turki dipanggil sebagai bangsa Rum, terutama mereka yang tinggal dikawasan Anatolia, tepatnya saat Turki Usmani berada pada puncak kekuasaan bagi seluruh dunia pada pertengahan kedua abad ke-15. kekuatan politik, ekonomi, dan budaya Turki Usmani juga mempengaruhi negara-negara Islam di dunia Melayu dan nusantara. Itulah sebabnya mengapa orang-orang Melayu memanggil Sultan Turki Usmani sebagai ‘Raja Rum’ dikarnakan keberhasilannya menaklukkan Konstantinopel.
Sebagai hubungan antara Kesultanan Turki Usmani dan Kesultanan Aceh Darussalam, bangsa Turki lebih banyak datang mengunjungi Aceh dan mereka juga dipanggil dengan panggilan yang sama, tidak hanya oleh orang-orang Aceh sendiri tapi juga oleh penduduk di dunia Melayu.
Baba Daud di sebut Ar-Rum karena leluhurnya berasal dari Anatolia, Turki. Argumen lain yang mendukung pendapat ini adalah Emperum, sebuah desa yang terletak di pusat kota Banda Aceh. Alasan pemberian nama ini diketahui Sejak adanya pengunjung pertama yang berasal dari wilayah Turki pada abad ke-16. kata Emperium terdiri dari dua kata: ‘empe’ dan ‘rium’. ‘Empe’ berarti sebuah penghormatan. Sedangkan ‘Rium’, sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, dipakai untuk sekelompok orang yang datang dari Anatolia. Maka, kata ‘Emperium’ mulai dipakai oleh masyarakat Aceh untuk mengekspresikan penghormatan mereka pada komunitas Turki di Aceh.
Baba Daud salah seorang murid Syeikh Abdurrauf As-Singkili. Kedudukan Baba Daud sebagai seorang Ulama besar dapat dilihat dari kontribusinya dalam mendirikan Dayah Manyang Leupue bersama-sama dengan gurunya. Disamping itu, Baba Daud juga mencurahkan jasanya dalam penulisan tafsir alquran dan tafsir Melayu pertama yang dipakai oleh As-Singkili sebagai referensi utama penulisan Tafsir Bayzawi. Buku tersebut berjudul Turjumanul al-Mustafid yang telah berperan penting dalam peningkatan pemikiran Islam di dunia Melayu.
Cetakan asli tulisannya dapat ditemukan pada salah seorang cucu Baba Daud yang berkediaman di Patani yang kemudian dipindahkan kepada Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain Al-Patani. Karya tulis ini telah diterbitkan berkat bantuan Syeikh Ahmad Al-Patani. Berdasarkan penuturan oleh keturunan-keturunan Baba Daud bahwa ada beberapa karya lainnya yang dikarang oleh Baba Daud sendiri. Akan tetapi hingga kini belum ada data-data konkrit yang dapat ditemukan. Karya tulisan tangan Baba Daud tersebut disalin kembali oleh Syeikh Daud bin Ismail Al-Patani, salah seorang keturunannya yang juga dikenal sebagai Tok Daud Khatib. Tulisan tersebut diwasiatkan kepada sepupunya, Syeikh Ahmad Al-Patani yang kemudian ditulis kembali oleh Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain Al-Patani, Syeikh Daud bin Ismail Al-Patani dan Syeikh Idris bin Husein Kelantan. Edisi pertama diterbitkan di Istanbul, Mekkah, dan Mesir. Ketiga pemuka agama tersebut juga melakukan beberapa koreksi pada karya tulis asli Baba Daud. Baba Daud, tak hanya mengkontribusikan hasil karya tulis gurunya, Syeikh Abdurrauf As-Singkili tapi juga menulis hasil karyanya sendiri. Salah satu tulisannya yang terkemuka adalah Risalah Masailal li Ikhwanil Muhtadi yang telah dijadikan sebagai buku pedoman utama tak hanya di Aceh tapi juga di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand yang semua negara ini dulunya saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Melayu selama kurun waktu 300 tahun terakhir. Buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa Jawi dan teknik tanya-jawab ini telah diakui sebagai salah satu cara terbaik untuk mengajarkan pengetahuan agama dasar bagi murid-murid yang tidak mengenal bahasa Arab. Buku ini juga menampilkan beberapa mata pendidikan yang berlainan seperti Akidah, Ibadah, dan lain sebagainya tanpa ada perubahan sedikitpun. Di samping itu pula, ajaran-ajaran dalam tulisan Baba Daud ini telah berperan banyak dalam pembentukan karakter keagamaan murid-murid di Aceh.
Sepanjang karirnya, Baba Daud juga dikenal sebagai seorang guru dan banyak orang-orang penting yng memilih untuk menjadi muridnya. Salah satunya adalah Nayan Baghdadi, anak dari Al-Firus al-Baghdadi, pendiri Dayah Tanoh Abee. Nayan Firus al-Baghdadi menjalani satu fase pendidikannya di Dayah Leupu Peunayong, sebuah dayah terkemuka di Aceh saat itu dan Baba Daud yang bergelar sebagai Teungku Chik di Leupu adalah salah satu gurunya. Setelah menyempurnakan pendidikannya di sini, Baba Daud menganjurkannya untuk kembali ke Seulimeum dan mendirikan sebuah pusat kegiatan pendidikan di sana. Selain Nayan Firus al-Baghdadi, Syeikh Faqih Jalaluddin juga tercatat sebagai salah seorang murid Baba Daud lainnya yang popular.
Tidak Diketahui apakah ada atau tidak keturunan Baba Daud yang masih hidup di Aceh saat ini. Bagaimanapun, seorang pemuka agama yang terkenal, Syeikh Daud bin Ismail al-Jawi al-Patani yang menetap di Patani, bagian selatan Thailand, diperkirakan sebagai salah seorang keturunanya. Haji Nik Wan Fatma binti Haji Wan Abdul Kadir Kelantan bin Syeikh Daud bin Ismail al-Patani (Kak Mah) yang disebut-sebut sebagai keturunannya yang lain telah menghembuskan nafasnya yang terakhir pada hari Senin, 26 Juli 1999, di Kota Baru Kelantan.
Makam Baba Daud terletak berdekatan dengan lokasi Mesjid di Leupu, Peunayong (nama wilayah sebenarnya). Tempat tersebut merupakan salah satu tempat yang dahsyad diterjang Tsunami, kondisi makam tersebut juga menjadi rusak. Meskipun begitu, masyarakat dengan inisiatifnya sendiri memutuskan untuk meletakkan pagar di sekeliling makam tersebut dengan polesan tulisan, “ Makam Ulama Aceh. Anak Murid Tgk. Syiah Kuala.”

*Nama Konstantinopel diberikan sebagai nama kota karena kaisar Bizantium yang berkuasa saat itu bernama Konstantin. Nama ini merupakan nama lama kota Istanbul. Bahkan selama masa kerajaan Turki Usmani, nama ini juga dipakai oleh orang-orang Turki. Kemudian nama tersebut diubah menjadi Istanbul. Pemakaian nama Konstantinopel dapat ditemui dalam beberapa buku atau teks yang ditulis pada abad ke- 19 juga.

Surat Rahasia Dibalik Jatuhnya Sultan Abdul Hamid Ottoman Ditemukan!

Setelah lebih dari 100 tahun, sebuah surat rahasia yang ditulis oleh Khilafah Utsmani ke-27, Sultan Abdul Hamid II (18842--1918) kepada guru spiritualnya, Syaikh Mahmud Abu Shammat as-Syadzili, akhirnya ditemukan.

Surat rahasia tersebut merupakan kisah dan curhatan sang Sultan kepada mentornya terkait sebab utama dibalik penjungkalan dirinya dari tahta kekhalifahan Ottoman pada tahun 1909 oleh sebuah gerakan militer untuk kemudian diasingkan ke wilayah Salonica (sekarang Yunani).

Dokumen penting bersejarah itu ditemukan oleh keluarga ahli waris Syaikh Abu as-Shamat yang kini menetap di Suriah. Ammar Abu Shammat, salah satu anggota keluarga ulama tersebut, kini telah menyerahkan naskah asli surat tersebut ke Presiden Suriah Bashar El-Assad.... See More

Kantor Berita Turki Cihan telah menyalin naskah dan meneliti keotentikannya.

Surat tersebut dikirimkan secara diam-diam kepada mentor spiritualnya, Syaikh Shammat, yang juga Mursyid Tarekat Syadzuliyyah, lewat salah seorang penjaga istana pengasingan di Salonica.

Isi surat tersebut ikut menjadi salah satu data penting bagi film dokumenter tentang Sultan Abdul Hamid II yang disutradarai oleh sineas terkemuka Turki, Mehmet Fudeil. Film tersebut pernah diputar di kanal Aljazeera Documenter(A.Rafik).

Selasa, 20 April 2010

Timur Lenk


Timur Lenk merupakan keturunan Mongol yang sudah masuk Islam, dimana sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Dia berhasil menaklukkan Tughluk Temur dan Ilyas Khoja, dan kemudian dia juga melawan Amir Hussain (iparnya sendiri). Dan dia memproklamirkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Transoxiana, pelanjut Jagati dan Turunan Jengis Khan.

Setelah lebih dari satu abad umat Islam menderita dan berusaha bangkit dari kehancuran akibat serangan bangsa Mongol di bawah Hulagu Khan, malapetaka yang tidak kurang dahsyatnya datang kembali, yaitu serangan yang juga dari keturunan bangsa Mongol. Berbeda dari Hulagu Khan dan keturunannya pada dinasti Ilkhan, penyerang kali ini sudah masuk Islam, tetapi sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Serangan itu dipimpin oleh Timur Lenk, yang berarti Timur si Pincang.

Sang penakluk ini lahir dekat Kesh (sekarang Khakhrisyabz, "kota hijau", Uzbekistan), sebelah selatan Samarkand di Transoxiana, pada tanggal 8 April 1336 M/25 Sya'ban 736 H, dan meninggal di Otrar pada tahun 1404 M. Ayahnya bernama Taragai, kepala suku Barlas, keturunan Karachar Noyan yang menjadi menteri dan kerabat Jagatai, putera Jengis Khan. Suku Barlas mengikuti Jagatai mengembara ke arah barat dan menetap di Samarkand. Taragai menjadi gebernur Kesh. Keluarganya mengaku keturunan Jengis Khan sendiri.

Sejak usia masih sangat muda, keberanian dan keperkasaannya yang luar biasa sudah terlihat. Ia sering diberi tugas untuk menjinakkan kuda-kuda binal yang sulit ditunggangi dan memburu binatang-binatang liar. Sewaktu berumur 12 tahun, ia sudah terlibat dalam banyak peperangan dan menunjukkan kehebatan dan keberanian yang mengangkat dan mengharumkan namanya di kalangan bangsanya. Akan tetapi, baru setelah ayahnya meninggal, sejarah keperkasaannya bermula setelah Jagatai wafat, masing-masing Amir melepaskan diri dari pemerintahan pusat. Timur Lenk mengabdikan diri pada Gubernur Transoxiana, Amir Qazaghan Ketika Qazaghan meninggal dunia, datang serbuan dari Tughluq Temur Khan, pemimpin Moghulistan, yang menjarah dan menduduki Transoxiana. Timur Lenk bangkit memimpin perlawanan untuk membela nasib kaumnya yang tertindas. Tughluq Temur setelah melihat keberanian dan kehebatan Timur, menawarkan kepadanya jabatan gubernur di negeri kelahirannya. Tawaran itu diterima. Akan tetapi, setahun setelah Timur Lenk diangkat menjadi gubernur, tahun 1361 M, Tughluq Temur mengangkat puteranya,Ilyas Khoja menjadi gubernur Samarkand dan Timur Lenk menjadi wazirya. Tentu saja Timur Lenk menjadi berang. Ia segera bergabung dengan cucu Qazaghan, Amir Husain, mengangkat senjata memberontak terhadap Tughluq Temur.

Timur Lenk berhasil mengalahkan Tughluq Temur dan Ilyas Khoja. Keduanya dibinasakan dalam pertempuran. Ambisi Timur Lenk untuk menjadi raja besar segera muncul. Karena ambisi itulah ia kemudian berbalik memaklumkan perang melawan Amir Husain, walaupun iparnya sendiri. Dalam pertempuran antara keduanya, ia berhasil mengalahkan dan membunuh Amir Husain di Balkh. Setelah itu, ia memproklamirkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Transoxiana, pelanjut Jagatai dan turunan Jengis Khan, pada 10 April 1370 M. Sepuluh tahun pertama pemerintahannya, ia berhasil menaklukkan Jata dan Khawarizm dengan sembilan ekspedisi.

Setelah Jata dan Khawarizm dapat ditaklukkan, kekuasaannya mulai kokoh. Ketika itulah Timur Lenk mulai menyusun rencana untuk mewujudkan ambisinya menjadi penguasa besar, dan berusaha menaklukkan daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Jengis Khan. Ia berkata, "Sebagaimana hanya ada satu Tuhan di alam ini, maka di bumi seharusnya hanya ada seorang raja".

Pada tahun 1381 M ia menyerang dan berhasil menaklukkan Khurasan. Setelah itu serbuan ditujukan ke arah Herat. Di sini ia juga keluar sebagai pemenang. Ia tidak berhenti sampai di situ, tetapi terus melakukan serangan ke negeri-negeri lain dan berhasil menduduki negeri-negeri di Afghanistan, Persia, Fars dan Kurdistan. Di setiap negeri yang ditaklukkannya, ia membantai penduduk yang melakukan perlawanan. Di Sabzawar, Afghanistan, bahkan ia membangun menara, disusun dari 2000 mayat manusia yang dibalut dengan batu dan tanah liat. Di Isfa, ia membantai lebih kurang 70.000 penduduk. Kepala-kepala dari mayat-mayat itu dipisahkan dari tubuhnya dan disusun menjadi menara. Dari sana ia melanjutkan ekspansinya ke Irak, Syria dan Anatolia (Turki). Tahun 1393 Mia menghancurkan dinasti Muzhaffari di Fars dan membantai amir-amirnya yang masih hidup. Pada tahun itu pula Baghdad dijarahnya, dan setahun kemudian ia berhasil menduduki Mesopotamia. Penguasa Baghdad itu, Sultan Ahmad Jalair, melarikan diri ke Syria. Ia kemudian menjadi Vassal dari Sultan Mesir, Al-Malik al-Zahir Barquq. Penguasa dinasti Mamalik yang berpusat di Mesir ini adalah satu-satunya raja yang tidak mau dan tidak berhasil ditundukkannya. Utusan-utusan Timur Lenk yang dikirim ke Mesir untuk perjanjian damai, sebagian dibunuh dan sebagian lagi diperhinakan, kemudian disuruh pulang ke Timur Lenk. Mesir, sebagaimana pada masa serangan-serangan Hulagu Khan, kembali selamat dari serang bangsa Mongol. Karena Sultan Barquq tidak mau mengekstradisi Ahmad Jalair yang berada dalam perlindungannya, Timur Lenk kemudian melancarkan invasi ke Asia Kecil menjarah kota-kota, Takrit, Mardin dan Amid. Di Takrit, kota kelahiran Salahuddin al-Ayyubi, ia membangun sebuah piramida dari tengkorak kepala korban-korbannya.

Pada tahun 1395 M ia menyerbu daerah Qipchak, kemudian menaklukkan Moskow yang didudukinya selama lebih dari setahun. Tiga tahun kemudian ia menyerang India. Konon alasan penyerbuannya adalah karena ia menganggap penguasa muslim di daerah ini terlalu toleran terhadap penganut Hindu. Ia sendiri berpendapat, semestinya penguasa muslim itu memaksakan Islam kepada penduduknya. Di India ia membantai lebih dari 80.000 tawanan. Dalam rangka pembangunan masjid di Samarkand, ia membutuhkan batu-batu besar. Untuk itu, 90 ekor gajah dipekerjakan mengangkat batu-batu besar itu dari Delhi ke Samarkand.

Setelah fondasi masjid dibangun, tahun 1399 M Timur Lenk berangkat memerangi Sultan Mamalik di Mesir yang membantu Ahmad Jalair, penguasa Mongol di Baghdad yang lari ketika ia menduduki kota itu sebelumnya, dan memerangi Kerajaan Usmani di bawah Sultan Bayazid I. Dalam perjalanannya itu, ia menaklukkan Georgia. Di Sivas, Anatolia sekitar 4000 tentara Armenia dikubur hidup-hidup untuk memenuhi sumpahnya bahwa darah tidak akan tertumpah bila mereka menyerah.

Pada tahun 1401 M ia memasuki daerah Syria bagian utara. Tiga hari lamanya Aleppo dihancurleburkan. Kepala dari 20.000 penduduk dibuat piramida setinggi 10 hasta dan kelilingnya 20 hasta dengan wajah mayat menghadap keluar. Banyak bangunan seperti sekolah dan masjid yang berasal dari zaman Nuruddin Zanki dan Ayyubi dihancurkan. Hamah, Horns dan Ba'labak berturut-turut jatuh ketangannya. Pasukan Sultan Faraj dari Kerajaan Mamalik dapat dikalahkannya dalam suatu pertempuran dahsyat sehingga Damaskus jatuh ke tangan pasukan Timur lenk pada tahun 1401 M. Akibat peperangan itu masjid Umayyah yang bersejarah rusak berat tinggal dinding-dindingnya saja yang masih tegak. Dari Damaskus para seniman ulung dan pekerja atau tukang yang ahli dibawanya ke Samarkand. Ia memerintahkan ulama yang menyertainya untuk mengeluarkan fatwa membenarkan tindakan-tindakannya itu. Setelah itu serangan dilanjutkan ke Baghdad. Ketika Baghdad berhasil ditaklukkan, ia melakukan pembantaian besar-besaran terhadap 20.000 penduduk sebagai pembalasan atas pembunuhan terhadap banyak tentaranya sewaktu mengepung kota itu. Di sini, seperti kebiasaannya, ia kemudian mendirikan 120 buah piramida dari kepala mayat-mayat sebagai tanda kemenangan.

Kerajaan Usmani, oleh Timur Lenk dipandang sebagai tantangan terbesar, karena kerajaan ini menguasai banyak daerah bekas imperium Jengis Khan dan Hulagu Khan. Bahkan, Sultan Bayazid, penguasa tertinggi kerajaan ini sebelumnya berhasil meluaskan daerah kekuasaannya ke daerah-daerah yang sudah ditaklukkan oleh Timur Lenk. Karena itu Timur Lenk sangat berambisi mengalahkan kerajaan ini. Ia mengerahkan bala tentaranya untuk memerangi tentara Bayazid I. Di Sivas terjadi peperangan hebat antara kedua pasukan itu. Timur Lenk keluar sebagai pemenang dan putera Bayazid I, Erthugrul, terbunuh dalam pertempuran tersebut. Pada tahun 1402 M terjadi peperangan yang menentukan di Ankara. Tentara Usmani kembali menderita kekalahan, sementara Sultan Bayazid sendiri tertawan ketika hendak melarikan diri. Bayazid akhirnya meninggal dalam tawanan. Timur Lenk melanjutkan serangannya ke Broessa, ibu kota lama Turki, dan Syria. Setelah itu ia kembali ke Samarkand untuk merencanakan invasi ke Cina. Namun, di tengah perjalanan, tepatnya di Otrar, ia menderita sakit yang membawa kepada kematiannya. Ia meninggal tahun 1404 M, dalam usia 71 tahun. Jenazahnya dibawa ke Samarkand untuk dimakamkan dengan upacara kebesaran.

Sekalipun ia terkenal sebagai penguasa yang sangat ganas dan kejam terhadap para penentangnya, sebagai seorang muslim Timur Lenk tetap memperhatikan pengembangan Islam. Bahkan dikatakan, ia seorang yang saleh. Konon, ia adalah penganut Syi'ah yang taat dan menyukai tasawuf tarekat Naqsyabandiyyah. Dalam perjalanan-perjalanannya ia selalu membawa serta ulama-ulama, sastrawan dan seniman. Ulama dan ilmuwan dihormatinya. Ketika berusaha menaklukkan Syria bagian utara, ia menerima dengan hormat sejarawan terkenal, Ibnu Khaldun yang diutus Sultan Faraj untuk membicarakan perdamaian. Kota Samarkand diperkayanya dengan bangunan-bangunan dan masjid yang megah dan indah. Di masa hidupnya kota Samarkand menjadi pasar internasional, mengambil alih kedudukan Baghdad dan Tabriz. Ia datangkan tukang-tukang yang ahli, seniman-seniman ulung, pekerja-pekerja yang pandai dan perancang-perancang bangunan dari negeri-negeri taklukannya; Delhi, Damaskus dan lain-lain. Ia meningkatkan perdagangan dan industri di negerinya dengan membuka rute-rute perdagangan yang baru antara India dan Persia Timur. Ia berusaha mengatur administrasi pemerintahan dan angkatan bersenjata dengan cara-cara rasional dan berjuang menyebarkan Islam.

Setelah Timur Lenk meninggal, dua orang anaknya, Muhammad Jehanekir dan Khalil, berperang memperebutkan kekuasaan. Khalil (1404-1405 M) keluar sebagai pemenang. Akan tetapi, ia hidup berfoya-foya menghabiskan kekayaan yang ditinggalkan ayahnya. Karena itu saudaranya yang lain, Syah Rukh (1405-144 7 M), merebut kekuasaan dari tangannya. Syah Rukh berusaha mengembalikan wibawa kerajaan. Ia seorang raja yang adil dan lemah lembut. Setelah wafat, ia diganti oleh anaknya Ulugh Bey (1447-1449 M), seorang raja yang alim dan sarjana ilmu pasti. Namun, masa kekuasaannya tidak lama. Dua tahun setelah berkuasa ia dibunuh oleh anaknya yang haus kekuasaan, Abdal-Latif (1449- 1450 M). Raja besar dinasti Timuriyah yang terakhir adalah Abu Sa'id (1452-1469 M). Pada masa inilah kerajaan mulai terpecah belah. Wilayah kerajaan yang luas itu diperebutkan oleh dua suku Turki yang baru muncul ke permukaan, Kara Koyunlu (domba hitam) dan Ak Koyunlu (domba putih). Abu Sa'id sendiri terbunuh ketika bertempur melawan Uzun Hasan, penguasa Ak Kdyunlu.

Sultan Mehmed II & Dracula

Membongkar Sebuah Kebohongan

Kisah hidup Dracula merupakan salah satu contoh bentuk penjajahan sejarah yang begitu nyata yang dilakukan Barat. Kalau film Rambo merupakan suatu fiksi yang kemudian direproduksi agar seolah-olah menjadi nyata oleh Barat, maka Dracula merupakan kebalikannya, tokoh nyata yang direproduksi menjadi fiksi. Bermula dari novel buah karya Bram Stoker yang berjudul Dracula, sosok nyatanya kemudian semakin dikaburkan lewat film-film seperti Dracula’s Daughter (1936), Son of Dracula (1943), Hoorof of Dracula (1958), Nosferatu (1922)-yang dibuat ulang pada tahun 1979-dan film-film sejenis yang terus-menerus diproduksi.

Lantas, siapa sebenarnya Dracula itu?

Dalam buku berjudul “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna ini, sosok Dracula dikupas secara tuntas. Dalam buku ini dipaparkan bahwa Dracula merupakan pangeran Wallachia , keturunan Vlad Dracul. Dalam uraian Hyphatia tersebut sosok Dracula tidak bisa dilepaskan dari menjelang periode akhir Perang Salib. Dracula dilahirkan ketika peperangan antara Kerajaan Turki Ottoman-sebagai wakil Islam-dan Kerajaan Honggaria-sebagai wakil Kristen-semakin memanas. Kedua kerajaan tersebut berusaha saling mengalahkan untuk merebutkan wilayah-wilayah yang bisa dikuasai, baik yang berada di Eropa maupun Asia . Puncak dari peperangan ini adalah jatuhnya Konstantinopel- benteng Kristen-ke dalam penguasaan Kerajaan Turki Ottoman.

Dalam babakan Perang Salib di atas Dracula merupakan salah satu panglima pasukan Salib. Dalam peran inilah Dracula banyak melakukan pembantain terhadap umat Islam. Hyphatia memperkirakan jumlah korban kekejaman Dracula mencapai 300.000 ribu umat Islam. Korban-korban tersebut dibunuh dengan berbagai cara-yang cara-cara tersebut bisa dikatakan sangat biadab-yaitu dibakar hidup-hidup, dipaku kepalanya, dan yang paling kejam adalah disula. Penyulaan merupakan cara penyiksaan yang amat kejam, yaitu seseorang ditusuk mulai dari anus dengan kayu sebesar lengan tangan orang dewasa yang ujungnya dilancipkan. Korban yang telah ditusuk kemudian dipancangkan sehingga kayu sula menembus hingga perut, kerongkongan, atau kepala. Sebagai gambaran bagaimana situasi ketika penyulaan berlangsung penulis mengutip pemaparan Hyphatia:

“Ketika matahari mulai meninggi Dracula memerintahkan penyulaan segera dimulai. Para prajurit melakukan perintah tersebut dengan cekatakan seolah robot yang telah dipogram. Begitu penyulaan dimulai lolong kesakitan dan jerit penderitaan segera memenuhi segala penjuru tempat itu. Mereka, umat Islam yang malang ini sedang menjemput ajal dengan cara yang begitu mengerikan. Mereka tak sempat lagi mengingat kenangan indah dan manis yang pernah mereka alami.”

Tidak hanya orang dewasa saja yang menjadi korban penyulaan, tapi juga bayi. Hyphatia memberikan pemaparan tetang penyulaan terhadap bayi sebagai berikut:

“Bayi-bayi yang disula tak sempat menangis lagi karena mereka langsung sekarat begitu ujung sula menembus perut mungilnya. Tubuh-tubuh para korban itu meregang di kayu sula untuk menjemput ajal.”

Kekejaman seperti yang telah dipaparkan di atas itulah yang selama ini disembunyikan oleh Barat. Menurut Hyphatia hal ini terjadi karena dua sebab.

Pertama, pembantaian yang dilakukan Dracula terhadap umat Islam tidak bisa dilepaskan dari Perang Salib. Negara-negara Barat yang pada masa Perang Salib menjadi pendukung utama pasukan Salib tak mau tercoreng wajahnya. Mereka yang getol mengorek-ngorek pembantaian Hilter dan Pol Pot akan enggan membuka borok mereka sendiri. Hal ini sudah menjadi tabiat Barat yang selalu ingin menang sendiri.

Kedua, Dracula merupakan pahlawan bagi pasukan Salib. Betapapun kejamnya Dracula maka dia akan selalu dilindungi nama baiknya. Dan, sampai saat ini di Rumania , Dracula masih menjadi pahlawan. Sebagaimana sebagian besar sejarah pahlawan-pahlawan pasti akan diambil sosok superheronya dan dibuang segala kejelekan, kejahatan dan kelemahannya.


Bram Stroker, Pengarang Cerita Dracula
Guna menutup kedok kekejaman mereka, Barat terus-menerus menyembunyikan siapa sebenarnya Dracula. Seperti yang telah dipaparkan di atas, baik lewat karya fiksi maupun film, mereka berusaha agar jati diri dari sosok Dracula yang sebenarnya tidak terkuak. Dan, harus diakui usaha Barat untuk mengubah sosok Dracula dari fakta menjadi fiksi ini cukup berhasil. Ukuran keberhasilan ini dapat dilihat dari seberapa banyak masyarakat-khususny a umat Islam sendiri-yang mengetahui tentang siapa sebenarnya Dracula. Bila jumlah mereka dihitung bisa dipastikan amatlah sedikit, dan kalaupun mereka mengetahui tentang Dracula bisa dipastikan bahwa penjelasan yang diberikan tidak akan jauh dari penjelasan yang sudah umum selama ini bahwa Dracula merupakan vampir yang haus darah.

Selain membongkar kebohongan yang dilakukan oleh Barat, dalam bukunya Hyphatia juga mengupas makna salib dalam kisah Dracula. Seperti yang telah umum diketahui bahwa penggambaran Dracula yang telah menjadi fiksi tidak bisa dilepaskan dari dua benda, bawang putih dan salib. Konon kabarnya hanya dengan kedua benda tersebut Dracula akan takut dan bisa dikalahkan. Menurut Hyphatia pengunaan simbol salib merupakan cara Barat untuk menghapus pahlawan dari musuh mereka-pahlawan dari pihak Islam-dan sekaligus untuk menunjukkan superioritas mereka.


Sultan Mehmed II (Wikipedia)
Siapa pahlawan yang berusaha dihapuskan oleh Barat tersebut? Tidak lain Sultan Mahmud II (di Barat dikenal sebagai Sultan Mehmed II). Sang Sultan merupakan penakluk Konstantinopel yang sekaligus penakluk Dracula. Ialah yang telah mengalahkan dan memenggal kepala Dracula di tepi Danua Snagov. Namun kenyataan ini berusaha dimungkiri oleh Barat. Mereka berusaha agar merekalah yang bisa mengalahkan Dracula. Maka diciptakanlah sebuah fiksi bahwa Dracula hanya bisa dikalahkan oleh salib. Tujuan dari semua ini selain hendak mengaburkan peranan Sultan Mahmud II juga sekaligus untuk menunjukkan bahwa merekalah yang paling superior, yang bisa mengalahkan Dracula si Haus Darah. Dan, sekali lagi usaha Barat ini bisa dikatakan berhasil.


Utusan Sultan Mehmed II di Kastil Vlad Dracul (Wikipedia)
Selain yang telah dipaparkan di atas, buku “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna ini, juga memuat hal-hal yang selama tersembunyi sehingga belum banyak diketahui oleh masyarakat secara luas. Misalnya tentang kuburan Dracula yang sampai saat ini belum terungkap dengan jelas, keturunan Dracula, macam-macam penyiksaan Dracula dan sepak terjang Dracula yang lainnya.

Sebagai penutup tulisan ini penulis ingin menarik suatu kesimpulan bahwa suatu penjajahan sejarah tidak kalah berbahayanya dengan bentuk penjajahan yang lain-politik, ekonomi, budaya, dll. Penjajahan sejarah ini dilakukan secara halus dan sistematis, yang apabila tidak jeli maka kita akan terperangkap di dalamnya. Oleh karena itu, sikap kritis terhadap sejarah merupakan hal yang amat dibutuhkan agar kita tidak terjerat dalam penjajahan sejarah. Sekiranya buku karya Hyphatia ini-walaupun masih merupakan langkah awal-bisa dijadikan pengingat agar kita selalu kritis terhadap sejarah karena ternyata penjajahan sejarah itu begitu nyata ada di depan kita.

Wikipedia pun mengkonfirmasikan eksistensi historis Dracula yang membantai ribuan Muslim dengan cara menusuk/mensula (impale)

Mustafa Kemal Attaturk

Penulisan sejarah biasanya berkaitan erat dengan siapa yang menjadi penguasa di zaman sejarah tersebut dibuat. Sebagai contoh sederhana, di zaman Soeharto berkuasa, ia menciptakan sejarah tentang jasa-jasanya menyelamatkan bangsa dan negara dari kudeta. Namun di zaman reformasi, banyak pakar sejarah yang berusaha merevisi ulang semua dogma tersebut.

Contoh lain adalah nama Mustafa Kemal Attaturk. Dalam sejarah dunia dia dianggap sebagai bapak pembaharu Turki modern yang namanya begitu harum sebagai peletak tonggak sekulerisme Turki. Namun bila kita jeli melihat sejarah dalam sudut pandang yang lain, Attaturk adalah orang Yahudi yang menyamar jadi muslim untuk menghancurkan Islam dari dalam. Dialah orang yang mengabolisi Khilafah Islam dibubarkan pada 3 Maret 1924. Dia adalah pengkhianat sekaligus pecundang.


Mustafa Kemal Attaturk

Terjagalnya Khilafah tanpa daya pada bulan 28 Rajab 1342 H bertepatan dengan 3 Maret 1924 M bukanlah terjadi dengan sekejap mata. Sebagaimana kebaikan yang perlu proses untuk terjadinya, keburukan pun demikian, membutuhkan proses. Mustafa Kemal Ataturk menjagal Khilafah juga bukan proses sekejap, perlu proses yang panjang. Proses itu dimulai ketika pada awal abad ke-19 M kaum muslimin mulai meninggalkan al-Quran dan as-Sunnah untuk memecahkan masalah-masalah mereka, dan tertarik dengan ideologi Liberal yang menggiurkan nafsu manusia.

Liberalisasi di Eropa Barat

Setelah mengalami Renaisance abad ke-15 M, masyarakat Eropa Barat bersepakat untuk memisahkan agama dari kehidupan alias menganut faham sekulerisme. Sekulerisme ini dikristalkan oleh John Locke filosof Inggris menjadi ideologi Liberal, sebuah ideologi yang menempatkan manusia bebas dari ikatan apa pun, baik ikatan agama ataupun selain agama. Liberal dalam beragama, berekonomi, liberal berpolitik, seksualitas, liberal dalam segala hal. Ideologi inilah yang akan menghantarkan Barat kepada kebangkitannya, walau kebangkitan yang semu.

Semangat Liberalisme ini mendorong pecahnya Revolusi Perancis tahun 1789 yang mengusung jargon "Liberte, Egalite, dan Fraternite". Revolusi Perancis berhasil menjauhkan agama dalam hal ini gereja dari masyarakat, negara maupun politik. Di awal abad ke-19 M, Perancis muncul menjadi paling kuat dan maju, menjadi negara nomor satu di dunia di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte.

Khilafah Turki Utsmani Melirik Liberalisme

Sementara itu, Khilafah Turki Utsmani masih mengalami kemandegan berpikir akibat terhentinya ijtihad dan mulai melirik ideologi Liberal yang sedang berkembang pesat di Eropa Barat. Kemajuan teknologi akibat revolusi Industri telah menyilaukan mata, sehingga tidak bisa membedakan mana teknologi yang bisa diambil dari bangsa manapun, dan mana peradaban yang harus disaring.

Tahun 1828 di masa Sultan Mahmud II, pemikiran dan sistem sekuler mulai merasuk ke tubuh khilafah. Tahun 1876 M Gerakan Turki Muda yang tergila-gila dengan ideologi liberal berhasil memaksa Sultan Abdul Hamid II menerima Konstitusi 1876, sebuah konstitusi sekuler. Sejak itu, tanda-tanda keruntuhan Khilafah mulai di depan mata. Sekeliling khalifah sudah dipadati dengan orang-orang yang berideologi sekuler liberal, yang dipimpin oleh Perdana Mentrinya sendiri, Midhat Pasya si pemabok.

Mustafa Lahir

Pada kondisi Khilafah sedang sakit ideologi inilah Mustafa Kemal Ataturk yang akan menjadi penjagal Khilafah dilahirkan. Tepatnya tanggal 12 Maret 1881. Nama aslinya Mustafa. Ia dilahirkan di Salonika (sekarang di Yunani). Saat itu Yunani berada di dalam wilayah Khilafah Turki Utsmani. Ayah Mustafa bernama Ali Riza yang meninggal saat putranya berumur 7 tahun. Ibu Mustafa bernama Zubeyde Hanim, seorang muslimah taat yang berharap Mustafa menjadi ulama yang faqih.

Namun Mustafa berbeda pendirian. Ia menjadi remaja pemberontak melawan segala bentuk peraturan. Ia kasar, dan kurang ajar pada gurunya. Di depan kawannya, ia sangat arogan dan penyendiri.

Akhirnya pada usia dua belas tahun Mustafa dimasukkan ke akademi militer di Salonika. Ia ikut seleksi dan lulus jadi kadet.

Di militer, nampaknya Mustafa menemukan dunianya. Ia mampu menunjukkan prestasi akademik yang bagus, sehingga salah satu pelajar menjulukinya "Kemal" yang berarti kesempurnaan. Sejak itu ia panggil Mustafa Kemal.

Mustafa Dicekoki Ideologi Liberal

Pada usia 14 tahun, Mustafa Kemal pindah ke sebuah akademi di Monastir.

Saat-saat liburannya di Salonika, Mustafa Kemal senang berkunjung ke tempat-tempat hiburan Eropa dimana para wanita tidak mengenakan cadar, menyanyi, berdansa, dan duduk di meja bersama laki-laki. Mustafa Kemal senang minum-minuman keras.

Dalam pergaulan, Mustafa Kemal banyak bersandar pada teman-temannya para pendeta Macedonia yang sengaja "menangkapnya". Para pendeta Macedonia inilah yang mengajarkan dasar-dasar bahasa Perancis bersama seorang teman Mustafa dari Macedonia yang bernama Fethi. Keduanya diajari buku-buku karya pemikir-pemikir liberal seperti Voltaire, Rousseau, Thomas Hobbes, dan John Stuart Mill, serta buku-buku lainnya. Hingga akhirnya, Mustafa mengarang syair yang mendengung-dengungkan nasionalisme dan berpidato di depan akademi militer. Mustafa berbicara kepada mereka tentang kerusakan sultan sebelum dia berumur 20 tahun.

Mustafa Kemal kemudian ditempatkan di Istambul. Di sana dia menjadi pengunjung rutin rumah Madame Corinne, seorang janda Italia yang hidup di Pera, sebuah distrik kota yang telah mengalami Westernisasi. Ia pun hanyut dalam minum-minuman keras, bermain judi, dan bersenang-senang dengan musik.

Setelah mencapai nilai tertinggi dalam ujian akhir, Mustafa lulus dengan gelar kehormatan pada Januari 1905 sebagai kapten.

Mustafa menjadi atase militer di Sofia.

Saat itu, Mustafa Kemal bergabung dengan perkumpulan mahasiswa nasionalis, yang dikenal sebagai Vatan (yang artinya Tanah Air). Para anggotanya menganggap dirinya kelompok revolusioner yang menentang pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, yang memberangus segala pemikiran "liberal" yang merongrong pemerintahan Islam. Kelompok ini selalu menyalahkan Islam yang dianggap membuat Turki terbelakang dan terus-terusan menyebarkan kebencian terhadap syariat yang dianggap kolot, serta menjadikan ajaran-ajaran sufi sebagai tertawaan. Anggotanya bersumpah melengserkan sultan dan menggantinya dengan sistem pemerintahan Barat dengan konstitusi dan parlemen, menghancurkan otoritas para ulama, menghapus jilbab dan kerudung, serta mendeklarasikan kesetaraan gender. Tak lama bergabung, Mustafa Kemal menjadi pemimpinnya.

Mustafa diundang untuk menghadiri salah satu pertemuan di sebagian rumah-rumah orang Yahudi yang memiliki kewarganegaraan Italia dan organisasi-organisasi Freemasonry Italia. Turki Muda menjadikan perlindungan yang diberikan kepada Yahudi ini sebagai tameng. Mereka mendapat bantuan finansial dalam jumlah yang sangat besar dari berbagai pihak.

Tahun 1908 M Kaum nasionalis sekuler, Turki Muda, melakukan revolusi. Revolusi ini dalam rangka merongrong Sultan Abdul Hamid II yang menentang konstitusi 1876 yang sekuler dan selalu menyerukan kembali ke Syari'at Islam.

Pema'zulan Sultan Abdul Hamid II

Akhirnya pada tanggal 26 April 1909 M Turki Muda yang berkomplot dengan Syaikhul Islam, Mohammad Diauddin Afandi, berhasil memberhentikan Sultan Abdul Hamid II, seorang khalifah yang saleh dan lembut. Sejak saat itu Khilafah Utsmaniyah dikuasai kaum nasionalis Turki.

Setelah pemberhentian Sultan Abdul Hamid II banyak orang mulai menulis buku baik berbahasa Inggris, Arab maupun Turki, yang memfitnah dan menyerang Sultan Abdul Hamid II. Mereka memfitnah Sultan Abdul Hamid II sebagai orang yang menjadikan Daulah Utsmani tenggelam semakin dalam dan menampilkan Turki Muda sebagai pahlawan.

Dalam buku-buku sejarah Indonesia yang ditulis oleh kaum sekuler, Gerakan Turki Muda ini disebut-sebut sebagai gerakan untuk mencapai perbaikan nasib menentang Sultan Abdul Hamid II yang mereka sebut sebagai Kaum Kolot. Gerakan Turki Muda ini dianggap sebagai pemicu pergerakan nasionalis sekuler di Indonesia.

Setelah Sultan Abdul Hamid II diberhentikan, tahun 1909 M Sultan Muhammad Risyad menggantikannya sebagai Khalifah Turki Utsmani. Namun pemerintahannya sebenarnya sudah tidak berarti karena dibawah perintah Turki Muda.

Di tubuh Turki Muda sendiri terjadi perpecahan. Mustafa Kemal akhirnya meninggalkan Turki Muda dan kembali menekuni kemiliteran 10 tahun berikutnya seperti sebelumnya. Berkat pribadi keras dan kecerdasannya, ia merengkuh banyak kekuasaan politik. Ia habiskan malam dengan mengadakan rapat rahasia untuk merencanakan makar, yang diharapkan menghasilkan kekuasaan absolut baginya.

Khilafah Turki Utsmani Terseret Perang Dunia I

Tahun 1914 Pecah Perang Dunia Pertama. Jerman yang menguasai minyak di Irak dan mengancam sumber minyak Inggris di Iran dan Jazirah Arab, dengan kekuatan besar berambisi menguasai dunia. Inggris, Perancis dan Rusia pun bersekutu mengumumkan perang melawan Jerman. Selain beraliansi dengan Austria, Jerman membujuk Khilafah Turki Utsmani untuk ikut Perang Dunia I melawan Sekutu.

Tahun 1918 Jerman dan Austria- Hungaria dituntut meletakkan senjata. Maka berakhirlah Perang Dunia I. Kemenangan akhirnya ada di pihak Sekutu. Setelah Rusia keluar dari persekutuan dan AS kembali ke politik isolasinya, tinggallah Inggris dan Perancis membagi-bagi wilayah Khilafah Utsmani.

Ketika Inggris menduduki Istambul, ibukota Khilafah Utsmaniyah Mustafa Kemal melarikan diri ke Anatolia, tempat ia memulai perjuangan untuk pembebasan Turki. Kebiasaan berzina diteruskan Kemal pada para wanita pemburu cinta, yang berkeliaran di sekitar garnisun.

Mustafa Kemal Menjadi Pahlawan Boneka

Untuk mengakhiri Khilafah Utsmani hingga ke akar-akarnya Barat membuat skenario busuk namun licin. Mereka akan melahirkan seorang pahlawan boneka yang bisa dijadikan partner pasukan sekutu. Pahlawan ini akan menjadi harapan umat Islam yang sedang dilanda keputusasaan. Pilihan mereka jatuh kepada Mustafa Kemal.

Intelijen-intelijen Inggris berhasil menemukan "impian mereka" yang telah lama didambakan dalam pribadi Mustafa Kemal, seorang yang memiliki watak diktator. Hubungan antara intelijen Inggris dan Kemal dilakukan melalui perantaraan seorang intelijen bernama Amstrong yang memiliki hubungan dekat dengan Kemal.

Skenario ini dilaksanakan. Di akhir Perang Dunia I Mustafa Kemal memimpin pasukan pertahanan Turki melawan Pasukan Sekutu Eropa dan Yunani yang menguasai Izmir. Mustafa Kemal mendengungkan spirit Jihad di Turki, mengangkat al-Qur`an dan membuat orang-orang Inggris menarik diri tanpa terjadi bentrokan senjata apa pun.

Tanpa mengalami banyak kesulitan, Mustafa Kemal berhasil menguasai beberapa tempat strategis. Dunia Islam menyambutnya dengan penuh antusias dan memberinya gelar "ghazi" (panglima perang yang gagah dan tanpa tanding). Saat Yunani kalah dan Turki menang, rakyat mabuk kemenangan, dan memuja Mustafa Kemal sebagai sang Penyelamat. Ia digelari Pembela Kebenaran. Berbagai pengakuan para diplomat asing makin meneguhkan kedudukannya sebagai pahlawan Turki melawan Barat. Para khatib menyambutnya dengan sangat hangat. Para penyair memujinya. Ahmad Syauqi, misalnya dalam sebuah awal baitnya menyejajarkan Mustafa Kemal dengan Khalid bin Walid si pedang Allah dengan syairnya.

"Allahu Akbar, betapa banyak penaklukan yang demikian mengagumkan wahai Khalid Turki, perbaharuilah kepahlawanan Khalid Arab!"

Ya, sebuah skenario jahat yang luar biasa sukses!

Sekarang Mustafa Kemal menjadi seorang panglima militer yang memiliki kedudukan Banyak wanita yang memujanya dengan mengenakan foto Kemal dalam locket di lehernya. Sebagai pembebas negaranya, Mustafa kemal sudah terbiasa tidur dengan para wanita yang mau dan bernafsu.

Hingga tahun 1919 M Mustafa Kemal masih bersandiwara. Untuk menutupi kebenciannya kepada Islam dan untuk meraih simpati rakyat Khilafah. Ketika dia berhasil menang atas Yunani di Ankara, ia berbicara di hadapan publik, "Sesungguhnya semua rencana akan diambil tidak dimaksudkan kecuali untuk melindungi kesultanan dan khilafah serta pembebasan sultan dan negeri ini dari perbudakan orang-orang asing."

Mustafa Mulai Membuka Topeng

Bulan April 1920 Mustafa Kemal membentuk dan memimpin Majelis Nasional Agung Turki yang berpusat di Ankara.

Tahun 1922 kaum nasionalis sekuler Turki makin merajela. Sultan Mehmet VI Vahdettin (Wahiduddin) dijatuhkan. Kelompok nasionalis ini membuat kekuasaan Khalifah ditiadakan pada tanggal 1 November 1922.

Mulailah Mustafa Kemal menampakkan kebenciannya kepada Islam. Pada tanggal 19 November 1922 melalui Majelis Nasional Turki di Ankara, Mustafa Kemal mengangkat Abdul Majid II menjadi Khalifah menggantikan Muhammad Wahiduddin yang melarikan diri. Sultan Abdul Majid ini sebenarnya hanya khalifah boneka yang sama sekali tidak memiliki kekuasaaan apa-apa.

Pada tanggal 29 Oktober 1923 kaum nasionalis sekuler Turki memproklamirkan berdirinya Republik Turki dengan Mustafa Kemal sebagai presidennya.

Tidak lama berkuasa, ia menyatakan tegas bahwa ia akan menghancurkan puing reruntuhan Islam dalam kehidupan bangsa Turki. Hanya dengan mengeliminasi segala hal berbau Islam, Turki bisa 'maju' menjadi bangsa modern yang dihormati. Tanpa ragu Kemal menyerang Islam dan pilarnya.

Pernikahan Mustafa Kemal

Mustafa Kemal akhirnya menikah juga. Ia menikah dengan Latife Usakligil.anak perempuan Ushakizade Muammer, seorang Smyrna yang kaya dan berminat pada perkapalan dan perdagangan intgernasional. Meskipun Latife orang turki yang berkulit zaitun dan memiliki mata gelap dan besar, namun ia telah belajar ilmu hukum di Eropa dan berbahasa Perancis seperti wanita Perancis. Mereka menikah di rumah ayah Latife dengan gaya Eropa sebagai upaya untuk menghapuskan adat-adat yang Islami. Dalam perkawinan Islam, pengantin laki-laki dan perempuan tidak boleh saling bertemu sampai setelah upacara akad nikah selesai. Namun, Kemal dan Latife melanggar tradisi dan mengucapkan janji setia mereka sambil duduk di atas bangku.

Setelah itu Kemal mengajak istrinya melakukan perjalanan bulan madu, dengan memanfaatkan isterinya sebagai contoh dalam kampanyenya untuk menggalakkan emansipasi terhadap wanita Turki. "Itulah cara untuk memperlakukan seorang wanita," katanya, dengan menunjuk Latife yang berdiri di sampingnya dengan mengenakan celana. Memamerkan isteri barunya dengan cara yang tidak lazim semacam itu menyulut kemarahan bagi kalangan Islam yang mereka sebut tradisionalis di antara lawan-lawan politiknya, khususnya ketika Latife tampil mengenakan gaun pendek yang mempertontonkan bagian-bagian tubuh secara terbuka pada berbagai acara pesta besar.

Tahun 1340 H/ 1923 M Mustafa Kemal menandatangani perjanjian dengan negara-negara Barat yang dikenal dengan nama Perjanjian Luzan (lausane). Perjanjian itu mewajibkan Turki menerima beberapa syarat yang dikenal dengan nama syarat Karzun (Curzon) yang empat. Karzun adalah ketua delegasi Inggris dalam pertemuan Luzan. Empat syarat itu:

1. Pemutusan Turki dari semua hal yang berhubungan dengan Islam.
2. Penghapusan Khilafah Islam untuk selama-lamanya.
3. Mengeluarkan Khalifah dan para pendukung Khilafah dan Islam dari negeri Turki serta mengambali harta khalifah.
4. Mengadopsi undang-undang sipil sebagai pengganti undang-undang Turki yang lama.

Mustafa Menjagal Khilafah

Dan tanggal 3 Maret 1924 Mustafa Kemal pun memulai proses penjagalan Khilafah yang tanpa daya. Ia memanggil semua anggota Majelis Nasional untuk mengadakan pertemuan. Malam-malam sebelumnya, Mustafa Kemal berusaha membungkam suara penentangnya dengan mengancam dengan hukuman mati bagi para pengkritik pendapatnya. Mustafa Kemal mengusulkan pada Majelis Nasional proyek pembubaran khilafah yang dia sebut sebagai "bisul sejak Abad Pertengahan" untuk selamanya dan mendirikan negara Turki sekuler. Keputusan pun diambil tanpa perdebatan. Keputusan mencakup pembuangan Khalifah pada hari berikutnya ke Swiss. Maka obor khilafah pun padam, di tangan Mustafa Kemal.

Berita Pembubaran Khilafah ini memunculkan kegundahan di seluruh dunia Islam. Karena bagaimana pun selama ini Istambul merupakan lambang kekuatan politik bagi dunia Islam. Penyair Syauqi yang sebelumnya memuji Mustafa Kemal, meratap sedih atas peristiwa yang terjadi. Di Indonesia,.kelompok modernis, seperti al-Irsyad, Muhammadiyah, Persis, Sarekat Islam dan Kelompok tradisi yang nantinya mendirikan Nahdhatul Ulama bersepakat untuk menegakkan kembali khilafah. Mereka membentuk Komite Khilafah tanggal 4 Oktober 1924 di Surabaya dengan ketua Wondosudirdjo dari Sarekat Islam dan wakil ketua K.H. Abdul Wahab Hasbullah tokoh pendiri Nahdhatul Ulama sebagai utusan dalam kongres Khilafah di Mesir.

Mustafa Mengubur Peradaban Islam

Sementara itu di Turki, setelah sukses menjagal Khilafah, mulailah Mustafa Kemal mengubur peradaban Islam dari bumi Turki.

Tahun 1925 M/ 1344 H masjid-masjid ditutup dan pemerintah memberangus semua gerakan keagamaan dengan segala kebengisannya..

Tahun itu juga, Latife yang minta diperlakukan dan dihormati sebagaimana mestinya seorang istri, dengan kasar diceraikan oleh Mustafa Kemal dan diusirnya.

Setelah bercerai, Mustafa menjadi lelaki tak tahu malu dan tak mengenal batas. Ia menjadi peminum berat dan tak bisa lepas dari miras. Sejumlah lelaki muda tampan, istri, dan putri pendukungnyapun menjadi objek pemuas syahwat dan korban agresi vital nafsunya, sampai ia menderita penyakit kelamin.

Sementara itu, gemuruh kaum oposisi Turki mulai menderu. Gemuruh itu akhirnya meledak pada 1926, ketika suku Kurdi gunung melancarkan pemberontakan bersenjata melawan rezim Kemalis. Mustafa Kemal tak buang waktu. Seluruh suku Kurdistan di Turki dibinasakan dengan bengis, desa dibakar, ternak dan hasil panen dihancurkan, perempuan dan anak-anak diperkosa dan dibantai. 46 kepala suku Kurdi digantung di depan umum. Dan terakhir, mengeksekusi Syekh Said, pemimpin suku Kurdi.

Tahun 1926/ 1345 M Syariah Islam diganti dengan hukum sipil yang diadopsi dari hukum Swiss.

Tahun itu juga Penanggalan Hijriyah diganti dengan penanggalan masehi sehingga angka tahun 1345 H dihapus di seluruh Turki dan diganti dengan 1926 M.

Tahun 1928 M/ 1347 H Teks undang-undang menghapus Turki sebagai pemerintahan Islam. Teks sumpah yang diucapkan para pejabat pemerintah saat dilantik yang sebelumnya bersumpah dengan nama Allah diganti dengan hanya mengucapkan "Dengan kehormatan mereka, mereka akan menunaikan kewajiban."

Tanggal 1 November 1928 dibuat UU tentang pengambilan dan penerapan alfabet (Latin) serta pelarangan tulisan Arab.

Tahun 1929 M/ 1348 H. Pemerintah mulai mewajibkan secara paksa untuk menggunakan huruf-huruf latin dalam penulisan bahasa Turki sebagai ganti huruf Arab yang dipakai sebelumnya. Pengajaran bahasa Arab dan Persia dihapuskan dari seluruh fakultas. Buku-buku yang terlanjur dicetak dalam huruf Arab diekspor ke Mesir, Persia dan India. Pemerintah Turki ingin memutus hubungan Turki dengan masa lalu keislaman mereka, juga memutus hubungan Turki dengan kaum muslimin di seluruh negeri Arab dan negeri Islam lainnya.

Tahun 1931-1932 M/ 1350-1351 H pemerintah membatasi jumlah masjid. Mustafa Kemal terus mencerca masjid-masjid. Dia menutup masjid utama di Istambul dan mengubah Masjid Aya Shofia menjadi museum, sedang Masjid al-Fatih dijadikan gudang!

1933 M/ 1352 H Fakultas Syariah di Universitas Istambul ditutup. Pemerintah juga menghapus pendidikan agama di sekolah-sekolah khusus.

Mustafa Kemal meniupkan ruh nasionalisme ke tengah-tengah bangsa Turki dengan selalu mendengung-dengungkan. "Sesungguhnya Turki adalah pemilik peradaban yang paling tua di dunia. Sudah tiba saatnya kini untuk diambil kembali dan menggantikan peradaban Islam."

Tahun itu juga Mustafa Kemal melalui Majelis Nasional (National Assembly) kemudian menyandangkan gelar Ataturk pada dirinya, yang berarti Bapak orang-orang Turki.

Mustafa Kemal Ataturk memerintahkan penerjemahan al-Qur`an ke dalam bahasa Turki, sehingga kehilangan makna-maknanya dan cita rasa bahasanya. Puncaknya, dia memerintahkan agar adzan dilakukan dengan menggunakan bahasa Turki!

Tanggal 3 Desember 1934 dibuat UU tentang larangan memakai busana tradisional yang Islami.

Pemerintah memerintahkan kaum wanita untuk menanggalkan jilbab dan membiarkan mereka berkeliaran dimana-mana tanpa mengenakan jilbab. Pemerintah juga menghapuskan kepemimpinan kaum lelaki atas wanita dengan semboyan demi kebebasan dan kesetaraan jender. Pemerintah mendorong diselenggarakannya pesta-pesta tari dan drama-drama yang menggabungkan lelaki dan perempuan.

Tahun 1935 M Pemerintah Turki mengubah hari libur resmi Jumat menjadi hari Minggu yang dimulai Sabtu Zhuhur hingga Senin pagi.

Pengaruh Mustafa Kemal ke Dunia Islam

Langkah-langkah yang diambil Mustafa Kemal ini memiliki dampak yang luas di Mesir, Afghanistan, Iran, India dan Turkistan serta kawasan dunia Islam lainnya, termasuk Indonesia. Langkah-langkah ini memberi peluang bagi kalangan yang menyeru pada westernisasi dengan menjadikan Turki sebagai teladan utama saat menyatakan tentang kemajuan dan kebangkitan. Media-media yang orientasinya memusuhi Islam menyambut gembira apa yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Ataturk. Media-media itu menyebarkan apa yang dikatakan oleh Ataturk dengan ungkapannya, "Turki baru, sama sekali tidak memiliki hubungan apa pun dengan agama." Atau, saat lain ia memegang al-Qur`an di tangannya dan dengan congkaknya menyatakan, "Sesungguhnya kemajuan bangsa-bangsa tidak mungkin dilakukan dengan menerapkan hukum-hukum dan kaidah-kaidah yang telah berlalu beberapa abad lamanya." Na'udzubillahi min dzalik!

Mustafa Kemal yang telah murtad ini selalu berkoar di mimbar-mimbar agar rakyat Turki meniru apa yang ada di Barat Salibis dan mengajak pada kebebasan yang berbau kekufuran bagi kalangan wanita Turki. Mustafa mengajak pada degradasi akhlak dengan anggapan bahwa minum minuman keras, judi dan perzinahan tak lain sebagai gambaran dari tingginya peradaban dan kemajuan.

Setelah menghukum mati teman-teman yang dulu seperjuangan dengannya, kini Mustafa Kemal jadi diktator absolut bagi Turki sekuler.

Kematian Mustafa Kemal

Tahun 1938 M, kesehatan Mustafa Kemal Ataturk memburuk, dan meninggal dunia pada tanggal 10 November 1938/ 1356 H dalam kondisi terkena penyakit pengerasan hati (cirrhosis) akibat kecanduan alkohol.

Demikianlah, akhir hayat seorang diktator sekuler liberal penjagal Khilafah. Mustafa Kemal Ataturk laknatullah alaihi.

Demikianlah, walau Mustafa Kemal Ataturk telah binasa, namun kader-kader dan pendukungnya di berbagai negeri, termasuk di Indonesia masih banyak. Sejarah tentang Mustafa Kemal Ataturk banyak yang disembunyikan dan diputarbalikan. Mustafa Kemal Ataturk ditulis sebagai seorang pahlawan, dan sebaliknya Khilafah yang ia jagal digambarkan dengan gambaran yang sangat kelam. Tugas kita semua meluruskan penyimpangan sejarah ini, agar anak cucu kita tak salah menilai siapa Mustafa Kemal Ataturk ini. Amin.

*) Oleh : Umar Abdullah, Penulis Naskah VCD Sejarah Daulah Khilafah Islamiyah, VCD Sejarah Pornografi, Erotisme dan Seks Bebas, dan buku Kapitalisme, The Satanic Ideology

Sumber Bacaan:

1. Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Ali Muhammad Ash-Shalabi. (ad-Daulah al-'Utsmaaniyyah 'awaamilut tahwidh wa asbaabus suquuth. Maktabah Al-Iman). Pustaka al-Kautsar. Jakarta. 2003.
2. Konspirasi Barat Meruntuhkan Khilafah Islam. Abdul Qadim Zallum. (Terjemahan How The Khilafah Destroyed. Khilafah Publication. London). Al-Izzah. Bangil. 2001.
3. Para Pengkhianat. Maryam Jameelah. (Terjemahan Traitrors of Islam in Islam and Modernism. www.khilafah.org). 2003. Pustaka Thariqul Izzah. Bogor. 2003.
4. Rahasia Kehidupan Seksual Para Diktator Besar. Nigel Cawthorne. (Terjemahan Sex Lives of The Great Dictators. Carlton Books. London). Penerbit Alas Publishing. Yogyakarta. 2007
5. Sejarah Para Khalifah. Hepi Andi Bastoni. Pustaka al-Kautsar. Jakarta. 2008.
6. www.wikipedia.org

Diambil dari web blog "Pondok 24"

Kisah Hidup Khilafah Terakhir Turki

Bendera Palestinadakwatuna.com - Anakku, ayah melihat orang-orang di sini sudah mulai memuji paras cantikmu. Maka mulai hari ini ayah ingin kamu sudah mengenakan hijab dengan sempurna, karena kamu sudah menjadi wanita dewasa sekarang.” Untaian kata penuh kasih sayang itu dituturkan dengan suara lembut oleh Sultan Abdul Hamid II kepada anaknya Aishah saat mereka tengah melintas di depan Masjid Hamidiye Yildiz yang terletak tidak jauh dari pintu masuk istananya.

Di depan masjid ini, terlalu banyak kisah yang memilukan hati menimpa diri dan keluarga Sultan. Percobaan pembunuhan dengan meletakkan bom di dalam kereta kuda Sultan. Pengeboman itu terjadi berselang beberapa saat usai shalat Jumat. Allah masih menghendaki Sultan Abdul Hamid tetap bertakhta memimpin umat. Upaya menghabisi nyawa orang nomor satu di dunia Islam itu kandas.

Di depan istana ini, Sultan sering melaksanakan shalat dan keluar menyapa rakyat yang selalu dekat di hatinya.

Di situ juga, Sultan sesekali menunggang kuda ditemani anaknya Aishah, sambil menitahkan arti penting menegakkan syariah bagi muslimah. Sejak saat itu anaknya mutahajibah (berhijab) sempurna, ini menandakan putrinya Aishah Osmanuglu telah memasuki usia aqil baligh.

Istana Yildiz yang terbuat dari kayu ini adalah tempat tinggal pilihan Sultan Abdul Hamid II, setelah beliau meninggalkan segala bentuk kemewahan kaum keluarganya yang sebelum ini di Istana Dolmabahce.

Sultan Abdul Hamid II, lahir pada hari Rabu, 21 September 1842. Dengan nama lengkap Abdul Hamid Khan II bin Abdul Majid Khan. Sultan adalah putra Abdul Majid dari istri kedua beliau. Ibunya meninggal saat Abdul Hamid berusia 7 tahun. Sultan menguasai bahasa Turki, Arab, dan Persia. Senang membaca dan bersyair.

Sebelumnya kekhalifahan dipimpim pamannya yaitu Abdul Aziz yang berkuasa cukup lama. Sultan Abdul Aziz digulingkan kemudian dibunuh oleh musuh politik Khilafah Utsmaniyyah. Khalifah setelah Abdul Aziz adalah Sultan Murad V, putra Abdul Aziz. Namun kekuasaannya tidak berlangsung lama dan digulingkan setelah 93 hari berkuasa karena dianggap tidak becus menjadi khalifah.

Sultan Abdul Aziz mewariskan negara dalam kondisi yang carut marut. Tunggakkan hutang luar negeri, parlemen yang mandul, campur tangan asing di dalam negeri, tarik menarik antar berbagai kepentingan Dewan Negara dan Dewan Menteri serta birokrat-birokrat yang korup.

Pada 41 Agustus 1876 (1293 H), Sultan Abdul Hamid dibai’at sebagai Khalifah. Saat itu usianya 34 tahun. Dia menyadari bahwa pembunuhan pamannya serta perubahan-perubahan kekuasaan yang terjadi saat itu merupakan konspirasi global melawan Khilafah Islamiyah. Namun Sultan Abdul Hamid II dapat menjalankan roda pemerintahannya dengan baik, sering berbicara dengan berbagai lapisan masyarakat, baik birokrat, intelektual, rakyat jelata maupun dari kelompok-kelompok yang kurang disukainya (lihat Shaw, 1977:212).

Kebijaksanaannya untuk mengayomi seluruh kaum Muslimin membuat ia populer. Namanya sering disebut dalam doa-doa di setiap shalat jumat diseantero bumi. Penggalangan kekuatan kaum Muslimin dan kesetiaan mereka terhadap Sultan Abdul Hamid II ini berhasil mengurangi tekanan Eropa terhadap Utsmaniyyah.

Abdul Hamid mengemban amanah dengan memimpin sebuah negara adidaya yang luasnya membentang dari timur dan barat. Di tengah situasi negara yang genting dan kritis. Beliau menghabiskan 30 tahun kekuasaan sebagai Khalifah dengan dikelilingi konspirasi, intrik, fitnah dari dalam negeri sementara dari luar negeri ada perang, revolusi, dan ancaman disintegrasi dan tuntutan berbagai perubahan yang senantiasa terjadi.

Termasuk upaya-upaya sistematis yang dilakukan kaum Yahudi untuk mendapatkan tempat tinggal permanen di tanah Palestina yang masih menjadi bagian dari wilayah kekhalifahan Utsmaniyyah. Berbagai langkah dan strategi dilancarkan oleh kaum Yahudi untuk menembus dinding khilafah Utsmaniyyah, agar mereka dapat memasuki Palestina.

Pertama, pada tahun 1892, sekelompok Yahudi Rusia mengajukan permohonan kepada sultan Abdul Hamid, untuk mendapatkan ijin tinggal di Palestina. Permohonan itu dijawab sultan dengan ucapan “Pemerintan Ustmaniyyah memberitahukan kepada segenap kaum Yahudi yang ingin hijrah ke Turki, bahwa mereka tidak akan diijinkan menetap di Palestina”, mendengar jawaban seperti itu kaum Yahudi terpukul berat, sehingga duta besar Amerika turut campur tangan.

Kedua, Theodor Hertzl, penulis Der Judenstaat (Negara Yahudi), founder negara Israel sekarang, pada tahun 1896 memberanikan diri menemuai Sultan Abdul Hamid sambil meminta ijin mendirikan gedung di al Quds. Permohonan itu dijawab sultan “Sesungguhnya imperium Utsmani ini adalah milik rakyatnya. Mereka tidak akan menyetujui permintaan itu. Sebab itu simpanlah kekayaan kalian itu dalam kantong kalian sendiri”.

Melihat keteguhan Sultan, mereka kemudian membuat strategi ketiga, yaitu melakukan konferensi Basel di Swiss, pada 29-31 agustus 1897 dalam rangka merumuskan strategi baru menghancurkan Khilafah Ustmaniyyah.

Karena gencarnya aktivitas Yahudi Zionis akhirnya Sultan pada tahun 1900 mengeluarkan keputusan pelarangan atas rombongan peziarah Yahudi di Palestina untuk tinggal disana lebih dari tiga bulan, paspor Yahudi harus diserahkan kepada petugas khilafah terkait. Dan pada tahun 1901 Sultan mengeluarkan keputusan mengharamkan penjualan tanah kepada Yahudi di Palestina.

Pada tahun 1902, Hertzl untuk kesekian kalinya menghadap Sultan Abdul Hamid untuk melakukan risywah(Menyogok). Diantara risywah yang disodorkan Hertzl kepada Sultan adalah :

1. 150 juta poundsterling Inggris khusus untuk Sultan.

2. Membayar semua hutang pemerintah Ustmaniyyah yang mencapai 33 juta poundsterling Inggris.

3. Membangun kapal induk untuk pemerintah, dengan biaya 120 juta Frank

4. Memberi pinjaman 5 juta poundsterling tanpa bunga.

5. Membangun Universitas Ustmaniyyah di Palestina.

Semuanya ditolak Sultan, bahkan Sultan tidak mau menemui Hertzl, diwakilkan kepada Tahsin Basya, perdana menterinya, sambil mengirim pesan, “Nasihati Mr Hertzl agar jangan meneruskan rencananya. Aku tidak akan melepaskan walaupun sejengkal tanah ini (Palestina), karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Yahudi silakan menyimpan harta mereka. Jika Khilafah Utsmaniyah dimusnahkan pada suatu hari, maka mereka boleh mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Akan tetapi, sementara aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat Tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyah. Perpisahan adalah sesuatu yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup.”

Sejak saat itu kaum Yahudi dengan Zionisme melancarkan gerakan untuk menumbangkan Sultan. Dengan menggunakan jargon-jargon “liberation”, “freedom”, dan sebagainya, mereka menyebut pemerintahan Abdul Hamid II sebagai “Hamidian Absolutism”, dan sebagainya.

“Sesungguhnya aku tahu, bahwa nasibku semakin terancam. Aku dapat saja hijrah ke Eropa untuk menyelamatkan diri. Tetapi untuk apa? Aku adalah Khalifah yang bertanggungjawab atas umat ini. Tempatku adalah di sini. Di Istanbul!” Tulis Sultan Abdul Hamid dalam catatan hariannya.

Malam itu, 27 April 1909 Sultan Abdul Hamid dan keluarganya kedatangan beberapa orang tamu tak diundang. Kedatangan mereka ke Istana Yildiz menjadi catatan sejarah yang tidak akan pernah terlupakan. Mereka mengatasnamakan perwakilan 240 anggota Parlemen Utsmaniyyah—di bawah tekanan dari Turki