Kamis, 08 Juli 2010

Idries De Vries : Kemerdekaan Belanda Berkat Bantuan Khilafah Utsmaniyah


HTI-Press. Belanda terkenal dengan sikap ‘anti Islam’. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa kasus pelecehan terhadap Islam dan Rasulullah Muhammad SAW. Tindak pelecehan bukan hanya dilakukan oleh masyarakatnya namun pemerintah Belanda juga seolah-olah ‘merestui’ tindakan tersebut karena tidak ada tindakan tegas. Bahkan justru berlindung dibalik ‘kebebasan berpendapat’. Kenapa masyarakat Belanda mempunyai sikap seperti itu? Apakah selama ini Belanda tidak ada hubungan dengan Islam sehingga seolah-olah tidak mengenal Islam sama sekali? Untuk menjawab pertanyaan di atas, redaksi alwaie (Rusydan dan gus uwik) mewawancara Idries De Vries, aktivis Islam dari Belanda. Berikut petikannya.

Negeri Belanda dikenal sebagai negeri yang mentoleransi sikap “anti-islam”. Bagaimana reaksi muslim di negerimu terhadap pelecehan atas Nabi Muhammad (seperti kasus kartun Denmark dan ‘Fitnah’nya Geert Wilder)? Apakah sikap ‘anti-Islam’ adalah sudut pandang yang umum ditemukan pada masyarakat Belanda?

Benar. Selama bertahun-tahun terakhir sentimen publik Belanda terhadap Islam cenderung negatif. Sentimen semacam ini timbul di saat kebangkitan Islam global mulai mempengaruhi muslim di Belanda juga. Seperti diketahui, sentimen yang membentuk opini publik adalah tindakan yang sengaja dilakukan oleh mereka yang berpengaruh dan yang juga memiliki kontrol terhadap media massa populer.

Penjelasan mengenai mengapa sentimen anti Islam begitu kental terasa di Belanda memerlukan penjelasan yang lebih mendalam tentang latar belakangnya.

Tanpa diketahui banyak orang, awal hubungan antara Belanda dengan Islam/Dunia Islam dapat dilacak hingga berabad-abad yang lalu. Misalnya, selama 80 tahun perang kemerdekaan Belanda dari dominasi Spanyol di abad ke 15 dan 16, Belanda secara aktif mencari dukungan dari Khalifah di Istanbul. Pemimpin resistensi Belanda, Raja William I ‘Oranye’ mencari sokongan dana dan persenjataan dari Khalifah, yangk akhirnya dikabulkan. Khalifah mendukung pemberontakan Belanda dengan dana, dan angkatan lautnya menyerang armada kapal perang Spanyol di Laut Mediterania untuk membantu melepas tekanan Spanyol terhadap Belanda.

Setelah mencapai kemerdekaanya, Belanda diundang untuk membuka kedutaan di negara Khilafah, yang dibuka di tahun 1612. Cornelis Haga adalah duta besar Belanda pertama pada masa pemerintahan Khalifa Ahmed I (1603-1617). Karena kerjasama Khalifah dalam Perang Kemerdekaan Belanda, Belanda menjalin kerjasama perdagangan dengan umat Islam. Mereka membuka kantor konsuler di berbagai kota pelabuhan di kawasan Mediterania, termasuk membuka daerah komunitas Belanda di kota Smyrna (Izmir) dalam wilayah kekuasaan Khilafah Uthmani. Di daerah tersebut, warga Belanda diberi kebebasan beragama dan mendirikan gereja dan membangun pemakaman disamping juga rumah sakit, tempat pembuatan roti, dan bahkan kedai bar. Duta besar Belanda untuk Indonesia saat ini, Nicolaos van Dam bahkan menulis buku tentang relasi Belanda dengan Khilafah Uthmani dalam bukunya “Belanda dan Dunia Arab: Dari Abad Pertengahan menuju Abad ke 21.”

Salah satu konsekuensi dari hubungan dagang yang dilakukan melalui laut adalah terlibatnya banyak pelayar Belanda yang ikut mengabdi dalam Angkatan Laut Khilafah Islam. Contohnya adalah Jan Janszoon van Haarlem dan Ivan Dirkie de Veenboer, yang kemudian berganti nama sebagai Murat Reis dan Suleyman Reis setelah mereka memeluk Islam. Maka sejak abad 17 dan 18 sudah ada beberapa warga Belanda yang telah masuk Islam.

Bermula dari hubungan ini juga, banyak warga Belanda yang kemudian mempelajari Islam dan juga bahasa yang digunakan oleh umat Islam. Di tahun 1575, Universitas Leiden membuka Fakultas Bahasa ‘Orient’ (kawasan Asia Timur) untuk membekali warga Belanda dengan kemampuan bahasa seperti bahasa Arab, Turki, dan Persia, serta juga pengetahuan tentang Islam. Bidang studi ‘Orient’ ini dimulai untuk mendukung hubungan perdagangan dengan umat Islam. Namun sejak turunnya pamor intelektual serta pengaruh Khilafah Islam terhadap dunia, studi tentang Islam dan bahasa umat Islam di Belanda mulai berpindah arah dan tujuan.

Ketika Belanda menjajah Indonesia, pengetahuan yang dimiliki Belanda tentang Islam dan Bahasa para pemeluknya digunakan untuk mendukung upaya penundukan umat Islam dan penjarahan sumber daya alamnya. Hal ini sungguh menjadi ironi tersendiri dan kejahatan terburuk dalam sejarah peradaban. Belanda memulai untuk belajar tentang Islam karena kaum muslim telah membantu mereka ketika mereka tertindas oleh Spanyol, menawarkan perdagangan, dan menerima mereka dengan persahabatan di wilayah kekuasaan mereka. Setelah terbebasnya kota Leiden di Belanda dari pendudukan Spanyol, suatu Universitas dibangun diatasnya sebagai monumen kemenangan dan di kampus inilah studi Bahasa Orient berkembang pesat. Namun ketika Muslim mulai menurun pengaruhnya, pengetahuan yang dibina di kampus Universitas Leiden justru digunakan untuk menundukkan dan menjajah umat muslim yang sama yang sebelumnya telah membantu Belanda, memberi perlakuan istemewa dalam perdagangan dan memperlakukannya dengan hormat.

Selama masa penjajahan Belanda terhadap Indonesia, Universitas Leiden pun berkembang sebagai pusat studi tentang Islam yang difungsikan untuk menguasai penduduk muslim Indonesia. Ilmu yang awalnya dikembangkan di Universitas Leiden sebagai ilmu pengetahuan yang bernilai positif (dengan tujuan membangun relasi yang baik dengan umat Islam) mulai bergeser menuju perkembangan ilmu yang bernilai negatif (dengan tujuan melanggengkan dominasi Belanda terhadap muslim Indonesia). Lulusan Universitas Leiden pun adalah sarjana barat yang mendalami Islam (yang juga dikenal sebagai ‘Orientalis’), yang juga menyimpan kesinisan terhadap Islam dan Muslim. Mereka ini terlibat dalam administrasi penjajahan Belanda di Indonesia. Salah satu diantaranya adalah Profesor Christiaan Snouck Hurgronje yang ditugaskan oleh Pemerintah Hindia Belanda ke Indonesia pada abad ke 19 untuk menyamar sebagai ulama dengan nama Abd al Ghaffar, sehingga mampu menyesatkan umat muslim dengan menggunakan ilmu tentang Islam. Ia memberikan berbagai strategi kepada pemerintahan Belanda dalam upaya menundukkan umat Islam, contohnya, pemerintah selayaknya tidak mencampuri urusan ritual seperti Sholat dan Puasa. Akan tetapi, pemerintah harus tegas membasmi mereka yang mempraktikkan Islam Politik.

Meskipun sejarah Belanda yang berhubungan dengan Muslim dan Islam telah berlangsung lama dan menghasilkan berbagai pengetahuan tentang Islam, warga Belanda biasa pada umumnya masih tidak banyak mengerti Islam secara benar. Pengetahuan tentang Islam yang berumur tidak kurang dari 300 tahun tidak mudah diakses oleh orang biasa dan hanya bisa dikuasai oleh kalangan elit saja di Universitas Leiden. Contohnya, perpustakaan universitas Leiden menyimpan informasi khusus tentang Islam tapi tidak boleh dipelajari oleh orang biasa.

Maka maraknya opini anti Islam di Belanda akhir-akhir ini terjadi karena kombinasi antara ketidaktahuan masyarakat Belanda tentang Islam dan mentalitas para akademisi yang tidak mempelajari Islam untuk mencari kebenaran atau untuk menumbuhkan hubungan yang baik dengan umat Islam.
Setelah menikmati masa keemasan saat berkuasanya pemerintahan Hindia Belanda, pamor Universitas Leiden sebagai pusat studi Islam sempat menurun. Namun akhir-akhir ini ketika umat Islam mulai terbangkitkan intelektualnya, mendekatkan diri mereka kembali ke Allah swt dengan rajin beribadah dan melaksanakan sunnah Nabi Muhammad, kalangan akademisi Orientalis Universitas Leiden kembali menemukan kesempatan untuk mengulang masa keemasan mereka. Para akademisi tersebut digunakan oleh elit pemerintahan Barat dan juga oleh mereka yang memiliki tendensi kepentingan kapitalistik untuk membendung laju kebangkitan Islam dan menggagalkan aspirasi penegakan kembali Negara Islam dan implementasi sistem Islam dalam seluruh aspek kehidupan.

Para orientalis ini menggunakan ilmunya tentang Islam untuk mengaburkan realita Islam yang sebenarnya. Mereka berharap mereka mampu menjauhkan muslim dari Islam. Atau, setidaknya, muslim terisolasi dari pemahaman Islam yang benar bahwa satu-satunya solusi terhadap semua permasalahan hidup adalah sistem yang diturunkan oleh ALLAH swt. Mereka juga berharap agar kaum non muslim juga menjadi takut dan khawatir terhadap Islam dan muslim. Dengan demikian, mereka bisa menggunakan non muslim untuk menekan atau memaksa umat muslim di Belanda untuk meninggalkan agamanya atau menjalani kehidupan beragama di sana dengan penuh kesulitan.

Para orientalis dan kalangan elit Belanda telah berhasil menanamkan rasa takut terhadap Muslim dan Islam di dalam masyarakat non muslim di sana. Ketakutan ini bahkan sudah mencapai ke tingkat kebencian dimana masyarakat tidak lagi segan untuk mendukung secara terbuka politisi yang menkampanyekan untuk mengambil hak-hak muslim, menutup masjid, dan memaksa muslim untuk mengikuti gaya hidup Barat dan menerima ide Barat sebagai ide baik, serta melarang keyakinan Muslim yang mentaati Allah swt dalam segala bidang kehidupan.

Maka, jawaban dari pertanyaan tadi adalah memang benar bahwa masyarakat Belanda saat ini memang memiliki sentimen anti Islam. Hal ini memang bisa dipahami karena kalangan yang berpengaruh dalam pembentukan opini publik memiliki agenda untuk menyebarluaskan sentimen anti-islam. Opini yang tersebar umum inilah yang diambil oleh mayoritas anggota masyarakat sebagai bagian dari opini mereka masing-masing.

Kendati demikian, usaha para orientalis dan para elit petingginya dalam menekan umat Islam di Belanda menemui banyak sekali kendala. Alhamdulillah, serangan anti Islam yang datang bertubi-tubi, yang menyerang Nabi Muhammad Saaw khususnya, dan umat Islam umumnya, justru membuat umat Islam semakin dekat kepada Islam itu sendiri. Dalam banyak peristiwa, muslim di Belanda merapatkan barisannya ketika menghadapi celaan terhadap agamanya. Contohnya, sebagai tanggapan terhadap film Fitna, kaum muda Hizbut Tahrir menyeru umat Islam untuk mengumpulkan petisi yang mengecam pelecehan terhadap Islam. Dalam beberapa minggu saja, aktivis Hizbut Tahrir telah mengumpulkan 35.000 tandatangan dari seluruh pelosok Belanda. Sungguh luarbiasa, karena jumlah tandatangan dalam petisi tersebut adalah jumlah terbesar dalam sejarah pengumpulan petisi di Belanda! Dimana-mana, aktivis pemuda Hizbut Tahrir disambut oleh umat Islam di berbagai masjid di Belanda yang menyatakan apresiasinya dan rasa terima kasih atas usaha yang mereka lakukan. Bahkan banyak diantara warga muslim yang menawarkan para aktivis Hizbut Tahrir sejumlah dana yang besar untuk melakukan kegiatan protes, namun Alhamdulillah hal itu ditolak oleh para aktivis.

Apa yang memotivasi anda untuk memeluk Islam?

Kini untuk menjawab pertanyaan anda nomor 3, saya besar di wilayah utara Belanda, dimana jarang sekali ditemukan warga keturunan asing. Karena satu-satunya agama yang saya ketahui sejak kecil adalah Kristen, saya menerimanya meski tidak begitu meyakininya. Sejak kecil saya sebenarnya selalu meragukan dan menolak konsep Trinitas Suci, dimana tiga adalah satu dan satu adalah tiga.

Bagaimana mungkin Tuhan bisa berperan sebagai “Anak Tuhan’ di saat yang bersamaan? Bagaimana mungkin Tuhan membiarkan AnakNya sendiri mati disalib oleh para pembangkang? Bagaimana mungkin Anak Tuhan bisa dibangkitkan kembali oleh Tuhan ke surga, padahal Anak Tuhan tersebut adalah Tuhan itu sendiri? Maka sejak kecil ketika saya percaya bahwa Tuhan itu memang ada, saya tidak meyakini kebenaran Kristen, suatu satu-satunya agama yang saya kenali. Ketika saya berusia 13 atau 14 tahun, saya bersepeda ke sekolah dan saat itu saya sempat merenung bahwa Tuhan memang ada tetapi tidak yang sebagaimana diajarkan dalam agama Kristen. Hingga saya berusia 19 tahun, saya percaya bahwa tidak ada agama yang turun langsung dari Tuhan, dan tiap manusia harus mencari-cari keberadaan dan hubungan dengan Tuhan secara sendiri-sendiri. Semua ini berubah ketika saya memutuskan untuk membaca terjemahan Al Quran, bukan untuk mencari-cari agama yang diturunkan Tuhan tetapi untuk mencari tahu apa-apa yang diyakini jutaaan penganut agama Islam di dunia.

Saya memulai membaca Al Quran sejak awal surah, hingga satu malam saya mencapai surah Maryam dimana Allah berfirman tentang perkataan-perkataan yang diucapkan kaum Nasrani tentangNya dan Nabi Isa as. Allah menyatakan,’ Kami Jadikan’ dan terjadilah ia (kun faya kun)’. Setelah saya membaca ayat tersebut, saya berkata kepada diri saya sendiri,’ Demi Tuhan! kalau memang Tuhan itu memang ada, maka sudah sepatutnya ia memiliki sifat seperti itu! Ia tidak memiliki anak, dan cukup bagiNya untuk menyatakan ‘Terjadilah’ maka terjadilah!’

Sejak saat itu saya pada prinsipnya menerima Islam sebagai suatu kebenaran, dan meski memakan beberapa tahun untuk benar-benar memahami islam dan mengabdikan hidup saya untuknya. Saat itu saya berumur 24 tahun, sekitar 6 tahun yang lalu.

Minggu, 06 Juni 2010

Markus Horison ”Kupilih Islam Walau Ditentang Keluarga”

Diposkan oleh Adam


Bagi penggemar sepak bola dalam negeri, nama Markus Horison pastilah sudah tidak asing lagi. Sejak dipercaya menjadi penjaga gawang Tim Merah Putih pada babak penyisihan grup Piala Asia 2007 lalu, menggantikan Jendri Pitoy, nama Markus mulai banyak dikenal di jagad sepak bola Indonesia. Meskipun waktu itu Indonesia kalah 1-0 dari Korea Selatan, dan tersingkir dari gelaran kompetisi, tapi justru sejak itu, Markus kerap dipercaya berada di bawah mistar gawang Tim Nasional Indonesia.

Markus kecil lahir di Pangkalan Brandan, Medan, 14 Maret 1981. Hobinya bermain bola membawa ia bercita-cita untuk menjadi penjaga gawang Tim Nasional Merah Putih ketika ia menjalani karir profesionalnya suatu hari nanti. Perawakannyanya yang memang lebih tinggi dari rekan-rekan sebayanya, membuat anak bungsu dari empat bersaudara ini kerap dipercaya menjadi penjaga gawang setiap kali ia bermain bola dengan kawan-kawannya.

Menekuni hobinya bermain bola dimulai saat Markus berusia 13 tahun dengan masuk ke sekolah sepak bola, Brandan Putra. Tahun 2000, Markus yang juga memiliki hobi berenang ini memulai karir profesionalnya sebagai seorang pemain bola pada Divisi II PSKB Binjai. Setahun kemudian, karirnya merambat naik dengan mulai bermain bersama klub yang berada di Divisi I, Persiraja Banda Aceh. Dua tahun kemudian, tepatnya pada 2003, Markus bergabung dengan klub asal tanah kelahirannya, PSMS Medan.

Bersama klub yang dijuluki ‘Ayam Kinantan’ ini, Markus sempat berpeluang menjadi kampiun pada Liga Indonesia 2007-2008, sebelum akhirnya dikalahkan oleh klub satu pulaunya, Sriwijaya FC. Seiring dengan permasalahan internal yang terjadi dalam tubuh PSMS Medan, menjelang masa dimulainya Liga Super Indonesia 2008-2009, Markus bersama dengan rekan-rekannya di PSMS seperti Mahyadi Panggabean, memutuskan untuk hijrah ke kesebelasan Persik Kediri.

Waktu ternyata mempertemukan kembali Markus dengan klub lama yang sempat lama dibelanya, PSMS Medan. Terjadinya krisis dalam tubuh Persik Kediri pada pertengahan musim Liga Super, membawa Markus kembali menjadi penjaga gawang PSMS selama putaran kedua kompetisi tertinggi sepak bola di Indonesia. Tidak seperti kepindahannya yang disertai oleh beberapa rekan-rekannya, kepulangan Markus ke PSMS kali ini hanya seorang diri.

Sejak menekuni kariernya sebagai pesepakbola profesional, sejumlah prestasi telah ditorehkannya, baik untuk level klub maupun pribadi. Bersama klubnya kala itu, PSMS Medan, Markus menjuarai turnamen ‘Piala Emas Bang Yos’ selama tiga tahun berturut-turut (2004, 2005, 2006). Bahkan pada akhir turnamen pada 2006, Markus memperoleh gelar sebagai ‘Pemain Terbaik’.

Mendapat Hidayah

Dibesarkan di keluarga yang semua anggotanya beragama Kristen, Markus yang merupakan anak dari pasangan Julius Ririhina, dan Yenny Rosmawati, banyak memperoleh gambaran mengenai agama Islam dari keluarga pihak ibu. ”Ibu saya awalnya Islam. Sejak menikah dengan ayah, Ibu berganti kepercayaan mengikuti kepercayaan ayah,” tutur pemilik nama lengkap Markus Horison Ririhina ini.

Menurut Markus, kedekatan, dan keakraban yang ia miliki dengan kerabat dari pihak ibu, membuat Markus sejak kecil sudah tidak asing lagi dengan hal-hal yang berbau Islam, seperti shalat, puasa, dan mengaji. ”Sejak duduk di sekolah dasar, saya sering menghabiskan liburan sekolah dengan berkunjung ke rumah saudara dari pihak ibu yang tinggal di Aceh. Dari situ, saya sering ikut mereka ke masjid. Tidak benar-benar masuk sih, tapi yah saya banyak memperoleh gambaran tentang Islam, dan shalat dari situ,” cerita ‘Penjaga Gawang Terbaik’ versi gelaran Liga Indonesia musim 2007-2008 yang lalu ini.

Pada tahun 2004, ketika ia berusia 25 tahun, Markus mendapatkan hidayah dari Allah SWT, dan akhirnya memutuskan untuk memeluk agama Islam. ”Saya memutuskan untuk masuk Islam, tanpa ada paksaan dari siapapun. Jadi, ini benar-benar keinginan saya sendiri,” tuturnya. Semenjak menjadi muallaf, Markus memiliki nama lain yang lebih bernafaskan Islam, yaitu Muhammad Haris. Namun, ia lebih sering menggunakan nama aslinya, karena memang ia telah lebih dulu dikenal dengan nama Markus Horison.

Keputusan Markus untuk menjadi muallaf bukannya tanpa rintangan. Di masa-masa awal perjalanannya memeluk Islam, ayah beserta ketiga kakaknya menentang keputusan tersebut. ”Awalnya tentu mereka semua merasa keberatan. Hal tersebut wajar, dan saya sangat bisa mengerti. Tapi, pada akhirnya mereka menyadari bahwa saya sudah cukup dewasa dan bisa menentukkan jalan hidup yang saya rasa terbaik untuk saya sendiri,” ujar Markus yang setia dengan model rambut bergaya plontos ini.

Sebagai satu-satunya muslim di keluarga, membuat Markus terbiasa beribadah sendirian. Di kala bulan Ramadhan tiba, Markus biasa sahur, berbuka, menjalankan tarawih, dan merayakan lebaran Idul Fitri dan Idul Adha sendirian. ”Awalnya memang berat, tapi hal tersebut harus saya jalani,” kata Markus. Meskipun begitu, atlet yang ikut memperkuat tim Sumatera Utara pada pagelaran PON XVI di Palembang pada 2004 lalu ini, mengaku tetap senang, dan bahagia menjalaninya.

Menurutnya, dalam menjalani agama yang ia anut sebelumnya, dengan yang ia anut kini, Markus tidak menemukan adanya sebuah perbedaan yang teramat besar. ”Buat saya sebenarnya semua agama tidak terlalu berbeda. Semuanya mengajarkan kita untuk selalu ingat kepada Tuhan. Hal terpenting sebenarnya hanyalah bagaimana kita menjalankan kewajiban kita sebagai umat beragama,” lanjutnya.

Kebersamaan, dan dukungan sejak awal ia menjadi muallaf, justru diperoleh Markus dari rekan-rekannya di kesebelasan PSMS Medan yang kebanyakan beragama Islam. ”Saya sering shalat, belajar, dan bertanya hal-hal seputar Islam kepada mereka,” cerita Markus. Ramadhan pertama yang harus ia lalui pun bersamaan dengan kewajiban Markus menjalani latihan bersama dengan rekan-rekan satu klubnya. ”Haus bukan halangan, karena puasa itu kan kewajiban,” tegas Markus yang mengidolakan Rasullulah SAW ini.

Pengalamannya berpuasa pada Ramadhan pertamanya juga merupakan salah satu pengalaman paling berkesan yang ia rasakan semenjak menjadi muallaf. Pada tahun pertamanya berpuasa, ternyata ia mampu menjalankan ibadah puasa, tanpa ada bolong satu haripun.

”Rasanya saya tidak percaya bahwa saya bisa, karena pada hari-hari biasa saya termasuk orang yang paling tidak tahan lapar. Ternyata saya memang bisa, dan bahagianya saya ketika akhirnya berhasil mencapai Hari Kemenangan,” kenang Markus.

Kini, memasuki tahun keempatnya sebagai seorang muslim membuat Markus kian rajin mempelajari seluk beluk dunia Islam. Ia kerap membaca, dan mempelajari sendiri buku mengenai Islam yang ia beli untuk memperluas pengetahuan keislamannya. Buku-buku panduan shalat, dan berbagai buku bacaan doa pun sering ia beli untuk menyempurnakan ibadahnya. ”Saya biasanya membaca tulisan latinnya saja, karena memang bacaan arab saya masih kurang lancar,” akunya.

Sedikit-sedikit Markus pun belajar untuk menjalankan berbagai ibadah Sunnah seperti belajar berpuasa Senin-Kamis. Seperti juga kebanyakan umat muslim lainnya, memiliki harapan untuk dapat menginjakkan kaki di rumah Allah (menunaikan ibadah haji) hari nanti. ”Pastilah sebagai muslim saya ingin sekali bisa menjalankan ibadah umroh, ataupun haji. Selain itu, masih begitu banyak hal yang harus saya lakukan untuk menyempurnakan keislaman saya, seperti memperlancar belajar mengaji,” ujarnya. (ci2/sya/republika)

*****

Biodata

Nama lengkap : Markus Horison Ririhina
Nama Muslim : Muhammad Haris
Tempat, Tanggal lahir : Pangkalan Brandan, Medan, 14 Maret 1981
Orang Tua : Ayah = Julius Ririhina
Ibu = Yenny Rosmawati (Almh)
Anak ke : 4 (bungsu) dari empat bersaudara
Tinggi Badan : 186 cm
Berat Badan : 75 Kg
Posisi : Penjaga Gawang
Klub Sekarang : PSMS Medan
Klub remaja : Diklat PPLP Sumatra Selatan (1998-2000)

Klub profesional :
- (2000-2001) : PSL Langkat
- (2001-2002) : Persiraja Banda Aceh
- (2002-2003) : PSKB Binjai
- (2003-2008) : PSMS Medan
- (2008) : Persik Kediri
- (2008-Sekarang) : PSMS Medan

Karier di Timnas: (2007-Sekarang)
Debut Timnas : Indonesia vs Korea Selatan di Piala Asia di Jakarta (0-1)

Prestasi :
- 2004 : Juara Turnamen Piala Emas Bang Yos Bersama PSMS Medan
- 2005 : Juara Turnamen Piala Emas Bang Yos Bersama PSMS Medan
- 2006 : Juara Turnamen Piala Emas Bang Yos Bersama PSMS Medan
- 2006 : Pemain Terbaik Piala Emas Bang Yos
- 2007-2008 : Penjaga Gawang Terbaik versi Liga Indonesia
- 2007-2008 : Runner Up Liga Indonesia (PSMS Medan)
- 2008 : Juara Piala Kemerdekaan 2008 melawan Libya (3-1, Libya WO)
- 2008 : Runner Up Grand Royal Challenge 2008 di Myanmar (3-1).

Senin, 17 Mei 2010

WARISAN KEAGUNGAN KHILAFAH UTSMANIYAH DI ISTANBUL

April 17th, 2010 by Rohman

istanbul-03-b1.jpg

Bekas-bekas keagungan era Khilafah Ustmaniyah di Istanbul bisa disaksikan dalam dua bentuk. Pertama adalah bangunan fisik kota yang tetap dapat dipakai hingga kini, meski sudah ratusan tahun, seperti sistem pembuangan limbah, jalan-jalan, masjid, mata air, taman, pasar, hingga Universitas. Kedua adalah relik orisinil yang disimpan di museum atau pusat-pusat arsip.

Dari sekian banyak bangunan fisik berusia tua, yang paling menarik tentu saja adalah masjid-masjid yang tampak indah. Ikon dari Istanbul adalah Masjid Sultan Ahmet, yang berhadapan dengan Aya Sofia dan dikelilingi oleh taman-taman yang indah (Sultan Ahmet Square). Masjid ini dibangun abad 16 dan satu-satunya masjid yang punya enam minaret. Kubahnya menggunakan ornamen bercat kebiru-biruan, sehingga disebut juga Masjid Biru (Blue Mosque).

Ketahanan bangunan ini terhadap gempa telah teruji. Harus diingat bahwa Turki adalah wilayah pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu Eropa, Asia, dan Afrika-Mediteran. Wilayah ini sangat sering diguncang gempa, sampai data pertanahan di sana harus terus-menerus di-update karena titik-titiknya akan selalu bergeser oleh dinamika bumi. Namun, masjid-masjid di Turki yang dibangun berabad-abad yang lalu terbukti bertahan hingga kini.

Di Aya Sofia juga dipamerkan surat-surat Khalifah (’Usmans Fermans’) yang menunjukkan kehebatan Khilafah Ustmaniyah dalam memberikan jaminan, perlindungan dan kemakmuran kepada warganya maupun kepada orang asing pencari suaka, tanpa memandang agama mereka.

Yang tertua adalah surat sertifikat tanah yang diberikan tahun 925 H (1519 M) kepada para pengungsi Yahudi yang lari dari kekejaman inquisisi Spanyol pasca jatuhnya pemerintahan Islam di Andalusia.

Kemudian surat ucapan terimakasih dari Pemerintah Amerika Serikat atas bantuan pangan yang dikirim Khalifah ke Amerika Serikat yang sedang dilanda kelaparan (pasca perang dengan Inggris) abad 18.

Lalu surat jaminan perlindungan kepada Raja Swedia yang diusir tentara Rusia dan mencari eksil ke Khalifah, 30 Jumadil Awal 1121 H (7 Agustus 1709).

Surat tertanggal 13 Rabiul Akhir 1282 H (5 September 1865 M) yang memberi ijin dan ongkos kepada 30 keluarga Yunani yang telah beremigrasi ke Rusia namun ingin kembali ke wilayah Khilafah, karena di Rusia mereka justru tidak sejahtera.

Yang paling mutakhir adalah peraturan yang bebas cukai barang bawaan orang-orang Rusia yang mencari eksil ke wilayah Utsmaniy pasca revolusi Bolschevik. Tertanggal 25 Desember 1920.

Di Aya Sofia dipamerkan sekitar 100 sampel surat-surat yang menakjubkan, baik ditujukan kepada Khalifah maupun yang dikeluarkan oleh Khalifah. Sayangnya, yang ditonjolkan adalah bahwa semua itu seakan-akan merupakan bukti kehebatan bangsa Turki di masa lalu, bukan terpancar dari aqidah Islam, syari’ah Islam dan sistem Daulah Khilafah.

Pusat arsip pertanahan ada di Ankara, 500km dari Istanbul. Ankara adalah ibukota pemerintahan Turki. Namun, ibukota bisnis dan budaya tetap Istanbul, yang penduduknya 12juta, tiga kali Ankara.

Pada 1416 Sultan Muhammad I (kakek Al-Fatih) menyatakan bahwa tanah-tanah yang didapatkan melalui jihad adalah milik umum (dikelola negara) , sedang hak gunanya pada pemilik sebelumnya. Maka beliau lalu melakukan land census . Registrasi ini berjalan bagus hingga abad 17.

Jumlah dokumen di pusat arsip ini ada sekitar 1500ton, meliputi wilayah dari Afghanistan sampai Maroko, dari Semenanjung Krim di Rusia sampai Sudan. Ada cerita bahwa setelah Republik Turki berpisah dari negeri-negeri yang semula dikuasainya, ada keluarga Turki yang mengklaim tanah warisan yang berada di Mesir. Di pusat arsip ini dia dapatkan mikro film yang ternyata diterima di Pengadilan Mesir sampai mendapatkan ganti rugi beberapa juta US Dollar.

Tak pelak lagi bahwa sumber kekuatan Turki di masa lalu adalah Islam. Turki maju juga karena melaksanakan syari’ah. Syari’ahlah yang memberi mereka berbagai inspirasi untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, memimpin dunia memerangi kekufuran dan kedzaliman, dan untuk itu mereka menyiapkan segala upaya untuk mengemban misi itu. Mereka menyiapkan ekonomi, menggembleng generasi muda, mengembangkan sains dan teknologi, dan kini bekas-bekasnya masih ada.

Ironisnya, meski sangat sekuler, Turki belum diterima menjadi anggota Uni Eropa (UE). Alasan UE adalah; inflasi Turki sangat tinggi, memiliki angka pengangguran tertinggi di Eropa, inkam perkapita lebih rendah dari negara termiskin UE (yaitu Portugal) dan corak kultur Turki (yaitu Islam) berbeda dari UE yang lain. Maka Turki kini mencoba mendekati negeri-negeri Asia Tengah, negeri-negeri Laut Hitam dan negeri-negeri Islam. Dia ingin kembali merebut posisi kepemimpinannya di dunia. Tapi apa bisa tanpa Islam? Wallahu a’lam.

Cherokee - Suku Indian Muslim yang Musnah??


Artikel ini dari Toha Fanni; dari majalah Sabili special edition No.13 TH.XVI Januari 2009/18 Muharram 1430.


Jika Anda mengunjungi Washington DC, datnglah ke Perpustakaan Kongres (Library of Congress). Lantas, mintalah arsip perjanjian pemerintah Amerika Serikat dengan suku Cherokee, salah satu suku Indian, tahun 1787. Di sana akan ditemukan tanda tangan Kepala Suku Cherokee saat itu, bernama AbdeKhak dan Muhammad Ibnu Abdullah.
Isi perjanjian itu antara lain adalah hak suku Cherokee untuk melangsungkan keberadaannya dalam perdagangan, perkapalan, dan bentuk pemerintahan suku cherokee yang saat itu berdasarkan hukum Islam. Lebih lanjut, akan ditemukan kebiasaan berpakaian suku Cherokee yang menutup aurat sedangkan kaum laki-lakinya memakai turban (surban) dan terusan hingga sebatas lutut.


Cara berpakaian ini dapat ditemukan dalam foto atau lukisan suku cherokee yang diambil gambarnya sebelum tahun 1832. Kepala suku terakhir Cherokee sebelum akhirnya benar-benar punah dari daratan Amerika adalah seorang Muslim bernama Ramadan Ibnu Wati.
Berbicara tentang suku Cherokee, tidak bisa lepas dari Sequoyah. Ia adlaah orang asli suku cherokee yang berpendidikan dan menghidupkan kembali Syllabary suku mereka pada 1821. Syllabary adalah semacam aksara. Jika kita sekarang mengenal abjad A sampai Z, maka suku Cherokee memiliki aksara sendiri.
Yang membuatnya sangat luar biasa adalah aksara yang dihidupkan kembali oleh Sequoyah ini mirip sekali dengan aksara Arab. Bahkan, beberapa tulisan masyarakat cherokee abad ke-7 yang ditemukan terpahat pada bebatuan di Nevada sangat mirip dengan kata "Muhammad" dalam bahasa Arab.
Nama-nama suku Indian dan kepala sukunya yang berasal dari bahasa Arab tidak hanya ditemukan pada suku Cherokee (Shar-kee), tapi juga Anasazi, Apache, Arawak, Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu, dan Zuni. Bahkan, beberapa kepala suku Indian juga mengenakan tutp kepala khas orang Islam. Mereka adalah Kepala Suku Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago, dan Yuchi. Hal ini ditunjukkan pada foto-foto tahun 1835 dan 1870.
Secara umum, suku-suku Indian di Amerika juga percaya adanya Tuhan yang menguasai alam semesta. Tuhan itu tidak teraba oleh panca indera. Mereka juga meyakini, tugas utama manusia yang diciptakan Tuhan adalah untuk memuja dan menyembah-Nya. Seperti penuturan seorang Kepala Suku Ohiyesa : "In the life of the Indian, there was only inevitable duty-the duty of prayer-the daily recognition of the Unseen and the Eternal". Bukankah Al-Qur'an juga memberitakan bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin semata-mata untuk beribadah pada Allah (*)

Sebelum Columbus Menembus Atlantik

Oleh: Dwi Hartanto
(Sumber: Sabili No. 13 TH. XVI 15 Januari 2009 / 18 Muharram 1430, hal 99-101 [Edisi Khusus “The Great Muslim Traveler”])

Enam abad atau tepatnya 603 tahun sebelum Columbus, penjelajah Islam sudah bolak-balik melakukan eksplorasi di Amerika. Bahkan, ada yang menetap dan menikah dengan penduduk lokal, menjadi bagian dari penduduk asli Amerika.

Sejarah memang milik penguasa. Ketika peradaban dan kekuasaan umat Islam mulai redup, seiring jatuhnya Granada di Spanyol, benteng terakhir umat Islam di Eropa, tahun 1492, pencapaian emas para ilmuwan dan penjelajah Muslim pun ikut dikubur dalam-dalam. Salah satunya adalah sejarah penemuan benua Amerika dan cikal bakal komunitas Muslim di daratan yang dihuni orang-orang Indian ini.

Akibatnya, selama ribuan tahun, sejarah dunia yang diajarkan di sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi diputarbalikkan. Benua Amerika ditemukan oleh Christopher Columbus, 12 Oktober 1492. Bahkan ketika pertama kali menginjakkan kakinya di daratan yang ia sangka Semenanjung Hindia itu, Columbus menyebutnya sebagai The New World.

Tapi bagi umat Islam, Amerika bukanlah ‘Dunia Baru’, sebab 603 tahun sebelum Columbus, penjelajah Muslim dari Andalusia dan Afrika Barat telah membangun peradaban di benua itu. Mereka berasimiliasi secara damai, berdagang dan menikah dengan penduduk lokal, orang-orang Indian, menjadi bagian dari lokal genius Amerika. Menzies menulis, Zheng He (Cheng Ho), Laksamana Muslim dari Cina, juga telah mendarat di Amerika pada 1421 M, 71 tahun lebih awal ketimbang Columbus. Karenanya, klaim yang menyatakan Columbus sebagai penemu Amerika akhirnya pun patah.

Literatur yang menerangkan bahwa penjelajah Islam sudah menginjakkan kaki di Amerika beberapa abad sebelum Columbus juga cukup banyak. Salah satunya ditulis oleh pakar sejarah dan geografi Abul-Hasan Ali Ibnu al-Husain al-Masudi (871-975 M). Dalam bukunya, Muruj Adh-dhahab wa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels—Hamparan Emas dan Tambang Permata), al-Masudi menulis, Khashkhash Ibnu Sa’ied Ibnu Aswad, seorang penjelajah Muslim dari Cordoba, ibukota Kekhalifahan Andalusia (Spanyol), berhasil mencapai benua Amerika pada 899 Masehi.

Al-Masudi menjelaskan, semasa pemerintahan Khalifah Abdullah Ibnu Muhammad (888-912 M) di Andalusia, Khashkhash berlayar dari Pelabuhan Delbra (Palos) pada 889 M menyeberangi Lautan Atlantik hingga mencapai sebuah negeri yang asing (al-ardh majhul). Sekembalinya dari benua yang sekarang disebut Amerika ini, Khashkhash membawa harta yang menakjubkan.

Sejak itulah, pelayaran menembus Samudera Atlantik yang saat itu dikenal sebagai “lautan yang gelap dan berkabut” itu banyak dilakukan pedagang dan ilmuwan Muslim. Al-Masudi juga menulis buku Akhbar as-Zaman yang memuat catatan pengembaraan pedagang Muslim ke kawasan Afrika dan Asia. (Al-Masudi, Muruj Adh-Dhahab, Vol 1, P 1385).

Literatur yang paling populer adalah essay Dr Youssef Mroueh dari Preparatory Commitee for International Festivals to Celebrate the Millenium of the Muslims Arrival to the Americas, tahun 1996. Dalam essay berjudul Precolumbian Muslims in Amerika (Muslim di Amerika Pra-Columbus), Dr Mroueh menunjukkan sejumlah fakta bahwa Muslimin dari Andalusia dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya 5 abad sebelum Columbus.

Pada pertengahan abad ke-10, pada masa pemerintahan Bani Umayyah, yaitu Khalifah Abdurrahman III (929-961 M), kaum Muslimin dari Afrika berlayar ke arah barat dari pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol menembus “samudera yang gelap dan berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Dalam pelayaran itu, ada sejumlah kaum Muslimin yang tinggal bermukim di negeri baru itu. Mereka inilah imigran Muslim gelombang pertama yang tiba di Amerika.

Dr Mroueh juga menulis, berdasarkan catatan ahli sejarah Abu Bakr Ibnu Umar al-Gutiyya, pada masa pemerintahan Khalifah Hisham II (976-1009 M) di Andalusia (Spanyol), penjelajah dari Granada bernama Ibnu Farrukh meninggalkan pelabuhan Kades, Februari 999 M. Farrukh melintasi Lautan Atlantik, mendarat di Gando (Kepulauan Canary) dan berkunjung pada Raja Guanariga. Ia melanjutkan pelayaran ke barat, melihat dua pulau dan menamakannya Capraria serta Pluitana. Ia kembali ke Andalusia, Mei 999 M.

Al-Syarif alIdrisi (1099-1166), pakar Geografi dan ahli pembuat peta, dalam bukunya yang berjudul Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaaq (Ekskursi dari yang Rindu Mengarungi Ufuq) menulis, sekelompok pelaut Muslim dari Afrika Utara berlayar mengarungi samudera yang gelap dan berkabut. Ekspedisi yang berangkat dari Lisbon (Portugal) ini, dimaksudkan untuk mendapatkan apa yang ada di balik samudera itu? Berapa luasnya dan di mana batasnya? Mereka pun menemukan daratan yang penghuninya bercocok tanam dan berkomunikasi dengan bahasa Arab.

Pelayaran melintasi Samudera Atlantik dari Maroko juga dicatat oleh penjelajah Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel al-Mazandarani. Kapalnya melepas jangkar dari pelabuhan Tarfay di Maroko pada masa Sultan Abu Yacob Sidi Youssef (1286-1307 M), penguasa keenam Kekhalifahan Marinid. Rombongan ekspedisi ini mendarat di Pulau Green di Laut Karibia pada 1291. Menurut Dr Mrouh, catatan perjalanan pelaut Maroko ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam pada era sesudahnya.

Sultan-sultan dari Kerajaan Mali di Afrika Barat yang beribukota di Timbuktu, juga melakukan penjelajahan hingga mendarat di benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl al-Umari (1300-1384 M) menulis catatan eksplorasi geografi ini dengan seksama. Timbuktu yang kini dilupakan orang, saat itu menjadi pusat peradaban, keilmuwan, dan perpustakaan yang maju di Afrika.

Ekspedisi darat dan laut banyak dilakukan orang termasuk umat Islam menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu. Sultan yang tercatat melakukan pengembaraan ke benua Amerika adalah Sultan Abu Bakari I (1285-1312 M). Sultan Abu Bakari adalah saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312-1337 M). Sultan Abu Bakari I melakukan dua kali ekspedisi menembus Lautan Atlantik dan mendarat di Amerika. Bahkan, penguasa Afrika Barat yang juga ilmuwan ini menyusuri sungai Mississippi untuk mencapai pedalaman Amerika Tengah dan Utara, tahun 1309-1312 M.

Selama di benua baru ini, para eksplorer tetap menggunakan bahasa Arab dalam berkomunikasi dengan penduduk setempat. Dua abad kemudian, tepatnya tahun 1513 M, penemuan benua Amerika ini diabadikan dalam peta berwarna yang disebut Piri Re’isi. Peta ini dipersembahkan kepada Khalifah Ottoman, Sultan Selim I, tahun 1517 di Turki. Peta ini berisi informasi akurat tentang belahan bumi bagian barat, Amerika Selatan, benua Antartika, dan penggambaran pesisir Brazil yang detail.

Bukti Sejarah dan Arkeologis
Selain penjelajahan yang dilakukan kaum Muslimin, bukti sejarah dan arkeologis yang menerangkan kehadiran orang-orang Islam di Amerika jauh sebelum Columbus juga cukup banyak, di antaranya:

Pertama, dalam bukunya Saga America (New York, 1980), Dr Barry Fell, arkeolog dan ahli bahasa berkebangsaan Selandia Baru dari Harvard University menunjukkan bukti-bukti detail bahwa berabad-abad sebelum Columbus, telah bermukim kaum Muslimin dari Afrika Utara dan Barat di benua Amerika. Tak heran jika bahasa masyarakat Indian Pima dan Algonquain memiliki beberapa kosakata yang berasal dari bahasa Arab.

Di negara bagian Inyo dan California, Dr Barry menemukan beberapa kaligrafi Islam yang ditulis dalam bahasa Arab. Salah satunya bertuliskan “Yesus bin Maria” yang artinya “Isa anak Maria”. Kaligrafi ini tentu saja datang dari ajaran Islam yang hanya mengakui Nabi Isa sebagai anak manusia bukan anak Tuhan. Dr Barry juga percaya bahwa usia kaligrafi ini beberapa abad lebih tua dari usia negara Amerika Serikat.

Bahkan, Dr Fell menemukan reruntuhan, sisa-sisa peralatan, tulisan, diagram, dan beberapa ilustrasi pada bebatuan untuk keperluan pendidikan di sekolah Islam. Tulisan, diagram, dan ilustrasi itu merupakan mata pelajaran matematika, sejarah, geografi astronomi, dan navigasi laut. Semuanya ditulis dalam bahasa Arab Kufik, Afrika Utara.

Penemuan sisa-sisa sekolah Islam ini berada di barat Amerika seperti di Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon, Washoe, Hickison Summit Pass (Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico), dan Tipper Canoe (Indiana). Sekolah-sekolah Islam ini diperkirakan berfungsi pada tahun 700-800 M. Keterangan yang sama juga ditulis oleh Donald Gyr dalam bukunya yang berjudul Exploring Rock Art (Santa Barbara, 1989).

Kedua, dalam bukunya Africa and the Discovery of America (1920), pakar sejarah dari Harvard University, Loe Weiner, menulis bahwa Columbus sendiri sebenarnya juga mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang tersebar di Karibia, Amerika Tengah, Utara, dan Selatan, termasuk Canada. Tapi tak seperti Columbus yang ingin menguasai dan memperbudak penduduk asli Amerika, umat Islam datang untuk berdagang, berasimilasi, dan melakukan perkawinan dengan orang-orang Indian dari suku Iroquois dan Algonquin. Columbus juga mengakui, dalam pelayaran antara Gibara dan Pantai Kuba, 21 Oktober 1492, ia melihat masjid berdiri di atas bukit dengan indahnya. Saat ini, reruntuhan masjid-masjid itu telah ditemukan di Kuba, Meksiko, Texas, dan Nevada.

Ketiga, John Boyd Thacer dalam bukunya Christopher Columbus yang terbit di New York, 1950, menunjukkan bahwa Columbus telah menulis bahwa pada hari Senin, 21 Oktober 1492, ketika sedang berlayar di dekat Gibara, bagian tenggara pantai Cuba, ia menyaksikan masjid di atas puncak bukit yang indah. Sementara itu, dalam rangkaian penelitian antroplogis, para antropolog dan arkeolog juga menemukan reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta ayat-ayat al-Quran di Cuba, Meksiko, Texas, dan Nevada.

Keempat, Clyde Ahmad Winters dalam bukunya Islam in Early North and South America, yang diterbitkan Al-Ittihad, Juli 1977, hal 60 menyebutkan, para antropolog yang melakukan penelitian telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississippi dan Arizona. Prasasti itu menerangkan bahwa imigran Muslim ini juga membawa gajah dari Afrika. Sedangkan Ivan Van Sertima, yang dikenal dengan karyanya They Came Before Columbus, menemukan kemiripan arsitektur bangunan penduduk asli Amerika dengan kaum Muslim Afrika.

Perbandingan Kapal Cheng Ho dan Columbus

Kelima, ahli sejarah Jerman, Alexander Von Wuthenan, juga memberikan bukti bahwa orang-orang Islam sudah berada di Amerika tahun 300-900 M. Artinya, UMAT ISLAM SUDAH ADA DI AMERIKA PALING TIDAK SETENGAH ABAD SEBELUM COLUMBUS LAHIR. Bukti berupa ukiran kayu berbentuk kepala manusia yang mirip dengan orang Arab diperkirakan dipahat tahun 300 dan 900 M. Beberapa ukiran kayu lainnya diambil gambarnya dan diteliti, ternyata memiliki kemiripan dengan orang Mesir.

Keenam, salah satu buku yang sudah diterjemahkan ke bahsa Indonesia karya Gavin Menzies, seorang bekas pelaut yang menerbitkan hasil penelususrannya, menemukan peta empat pulau di Karibia yang dibuat pada tahun 1424 dan ditandatangani oleh Zuane Pissigano, kartografer dari Venesia. Peta ini berarti dibuat 68 tahun sebelum Columbus mendarat di Amerika. Dua pulau pada peta ini kemudian diidentifikasi sebagai Puerto Rico dan Guadalupe.

Jejak yang Masih Terlihat
Hari ini, cobalah Anda membuka peta Amerika paling mutakhir buatan Rand McNally dan cermatilah nama-nama tempat. Hampir di semua bagian benua ini akan ditemukan jejak-jejak umat Islam jauh sebelum Columbus. Di tengah kota Los Angeles misalnya, terdapat kawasan Alhambra, teluk El Morro, dan al-Amitos, serta nama-nama kawasan seperti Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, al-Cazar, Alameda, Alomar, al-Mansor, Almar, Alva, Amber, Azure, dan La Habra.

Di bagian tengah Amerika, dari selatan hingga Illinois terdapat nama-nama kota Albany, Andalusia, Attalla, Lebanon, dan Tullahoma. DI negara bagian Washington ada kota Salem. DI Karibia (jelas bahasa Arab) dan Amerika Tengah terdapat kawasan bernama Jamaika, Pulau Cuba (dari kata Quba) dengan ibukotanya La-Habana (Havana). Masih di Amerika Tengah, terdapat Pulau Grenada, Barbados, Bahama, dan Nassau.

Di Amerika Selatan terdapat nama kota seperti Cordoba (di Argentina), al-Cantara (di Brazil), Bahia (di Brazil dan Argentina). Selanjutnya ada juga nama-nama pegunungan seperti, Appalachian (Apala-che) di pantai timur dan pegunungan Absarooka di pantai barat. Kota besar di negara bagian Ohio yang terletak di muara sungai Wabash yang panjang dan meliu-liuk bernama Toledo, nama universitas Islam ternama pada masa kejayaan Islam di Andalusia.

Menurut Dr Youssef Mroueh, hari ini di Amerika Utara terdapat 565 nama tempat, baik negara bagian, kota, sungai, gunung, danau, dan desa yang diambil dari nama Islam atau nama dengan akar kata dari bahasa Arab. Selebihnya, sebanyak 484 nama terdapat di Amerika Serikat dan 81 di Kanada. Nama-nama ini diberikan oleh penduduk asli yang telah ada sebelum Columbus menginjakkan kakinya ke Amerika.

Dr. A. Zahoor juga menulis bahwa nama negara bagian seperti Alabama berasal dari kata Allah Bamya. Nama negara bagian Arkansas berasal dari Arkan-sah dan Tennesse dari Tanasuh. Demikian juga nama kota besar seperti Tallahassee di Florida, berasal dari bahasa Arab yang artinya “Allah akan menganugerahkan sesuatu di kemudian hari”.

Dr. Mroueh juga menuliskan, beberapa nama yang dicatatnya merupakan nama kota suci seperti, Mecca di Indiana, Medina di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota, Medina di Ohio, Medina di Tennessee, Medina di Texas dengan penduduk 26 ribu jiwa, Medina di Ontario Canada, kota Mahomet di Illinois, Mona di Utah, dan Arva di Ontario Canada.

Ketika Columbus mendarat di kepulauan Bahama, 12 Oktober 1492, pulau itu sudah diberi nama Guanahani oleh penduduknya. “Guanahani” berasal dari bahasa Mandika, turunan dari bahasa Arab yang berarti tempat keluarga Hani bersaudara. Columbus mengatakan, penduduk asli di sini bersahabat dan suka menolong. Tapi ia seenaknya menamakan tempat ini ‘San Salvador’ dan merampas kepemilikannya dari penduduk setempat. Meski begitu, hingga hari ini kata “guana” yang berasal dari kata ikhwana (saudara) ini, masih banyak dipakai sebagai nama kawasan di Amerika Tengah, Selatan, dan Utara.

JADI JELAS, PENEMU AMERIKA SAMA SEKALI BUKAN COLUMBUS, TAPI PARA PIONIR PELAYARAN DUNIA YAKNI PARA PELAUT DAN PENJELAJAH ISLAM YANG ULUNG.

Permintaan Sponsor
Pertanyaannya, kenapa Columbus yang kemudian dikenal sebagai penemu benua Amerika? Ke mana jejak-jejak penjelajah Islam? Sedikit jawaban, bisa diperoleh dari tulisan Henry Ford dalam bukunya The Complete International Jew. “The story of the jews in America begins with Christopher Columbus. On August 2, 1492, more than 300,000 Jews were expelled from Spain, with which event Spain’s prestige began its long decline, and on August 3, the next day…,”

Perjalanan Columbus dimulai 3 Agustus 1492, sehari setelah terjadinya pertarungan politik di Spanyol, atau tepatnya sehari setelah jatuhnya Granada, benteng terakhir umat Islam di Andalusia (Spanyol). Dalam pertarungan politik itu, 300 ribu orang Yahudi diusir dari Spanyol oleh Raja Ferdinand yang Kristen. Selanjutnya, dikisahkan bagaimana para juragan dan pedagang Yahudi mengumpulkan uang untuk membiayai rombongan ekspedisi Columbus, yang juga dibantu oleh dan berpenumpang orang-orang Yahudi.

Tapi, tak banyak orang yang mengetahui bahwa ekspedisi Columbus dengan dua kapal yakni Pinta dan Nina ini dibantu oleh dua orang nakhoda Muslim. Mereka adalah dua bersaudara Martin Alonso Pinzon yang menakhodai Kapal Pinta dan Vicente Yanex Pinzon menakhodai Kapal nina. Keduanya adalah hartawan yang mahir dalam perkapalan, pelayaran, mengorganisir ekspedisi, dan mempersiapkan perlengkapan kapal berbendera Santa Maria ini.

Kedua pelaut Muslim itu merupakan keluarga Sultan Maroko Abu Zayan Muhammad III (1362-1366) yang menguasai Kekhalifahan Marinid (1196-1465). (Thacher, John Boyd: Christopher Columbus, New York, 1950). Selain itu, Columbus dan para penjelajah setelahnya, khususnya dari Spanyol dan Portugis mampu melayari Samudera Atlantik sejauh 2.400 km karena bantuan informasi geografis dan navigasi dari peta yang dibuat oleh para penjelajah dan pedagang Muslimin. Termasuk, informasi dari buku karya Abul Hassan al-Masudi yang berjudul Akhbar az-Zaman.

Pada pertengahan abad 16, pasca runtuhnya kekhalifahan Islam di Andalusia, terjadi pemaksaan besar-besaran terhadap orang-orang Yahudi dan Islam untuk menganut Katholik, disebut Spanish Inquisition. Ada tiga sikap orang-orang Yahudi dan Islam dalam menghadapi inkuisisi itu. Pertama, yang tak mau pindah agama, disiksa dan dieksekusi dengan dibakar atau dipancang di kayu salib.

Kedua, beralih agama menjadi Katholik Roma. Orang Islam yang beralih agama disebut Morisko, sedangkan orang Yahudi disebut Marrano. Mereka hidup dalam pengawasan ketat, apakah berganti agama secara serius atau tidak. Ketiga, melarikan diri menyeberang Laut Atlantik. Inilah gelombang imigran kedua yang mencapai benua Amerika. Dalam gelombang imigran kedua inilah termasuk rombongan ekspedisi yang dipimpin Columbus.

Pembantaian terhadap umat Islam dan Yahudi mencapai puncaknya pada masa Paus Sixtus V (1585-1590). Sekurang-kurangnya ada dua dokumen yang menerangkan tentang ini. Pertama, tahun tahun 1539, Raja Spanyol, Carlos V, mengeluarkan dekrit yang melarang penduduk keturunan Muslim bermigrasi ke Amerika Latin. Kedua, setelah diratifikasi pada 1543, dekrit itu memerintahkan pengusiran besar-besaran pada komunitas Muslimin yang bermukim di Amerika. Pada saat itu, benua itu merupakan jajahan Spanyol. Inilah sebabnya, komunitas Muslim di Amerika tidak berkembang, bahkan punah, karena mereka tetap diburu meski sudah bermigrasi beberapa abad sebelum jatuhnya Andalusia.

Nah, berita “penemuan benua Amerika” dikirim pertama kali oleh Columbus pada kawan-kawannya orang Yahudi di Spanyol. Selanjutnya, komunitas Yahudi memanfaatkan momen ini dengan cara mempublikasikan pelayaran Columbus pada dunia untuk menciptakan legenda di dunia pelayaran. Selanjutnya, karena sejak jatuhnya kekhalifahan Islam di Andalusia, media massa dan publikasi dikuasai orang-orang Yahudi, maka ketidakjujuran dalam menulis fakta sejarah dilakukan secara sistematis oleh mereka.

Kini, fakta itu telah terbuka lebar, maka menjadi tugas generasi Muslim selanjutnya untuk meneruskan jejak pengembaraan ini.

Senin, 26 April 2010

MUSLIM RUMANIA WARISAN OTTOMAN

Setiap tahun, kalangan non-Muslim makin banyak yang memeluk Islam dan menjadi mualaf.

Kalau ada satu-satunya negara Eropa Timur yang menjadi surga bagi pemeluk Islam, mungkin hanya Rumania. Di sini, selama lebih dari 10 abad, seluruh etnis penganut Islam: Turki, Tatar, Albania, dan Gypsie, membentuk komunitas Muslim yang kokoh. Namun, kesulitan ekonomi di awal abad ke-20 dan kekuasaan rezim komunis selama 50 tahun menurunkan populasi mereka.

Komunitas Muslim Rumania yang tersisa masih bisa kita lihat di Dobrudja. Di sini, Anda akan menyaksikan keberagaman masyarakat Muslim yang diwariskan Kekaisaran Ottoman Turki. Sebanyak 80 masjid, rata-rata berusia di atas 75 tahun, berdiri kokoh memperindah jiwa kawasan ini. Sementara itu, masyarakatnya senantiasa mengucap ‘Assalaamu ‘alaikum’ kepada siapa pun.

Seperti ditulis sejarawan Muslim Rumania, Georges Gregory, hampir tidak ditemukan kenangan buruk perlakuan penguasa non-Muslim setelah kemunduran Kekaisaran Ottoman. Yang ada justru Masjid Raja Carol I di Constanta, yang dibangun tahun 1910 sebagai penghormatan terhadap masyarakat Muslim di Rumania.

Terletak di Crangului Street, arsitektur masjid ini mencerminkan unsur campuran gaya Byzantium-Mesir dan sedikit unsur Rumania. Di dalamnya, mimbar dan ruang imam dibangun dengan gaya Moor. Balkon di bagian atas masjid diperuntukkan bagi Muslimah yang selalu mengikuti shalat berjamaah.

Tahun 1992, setelah kejatuhan rezim komunis, Pemerintah Rumania menyebut masjid ini sebagai monumen bersejarah. Sedangkan sebuah organisasi Muslim Belanda, menjulukinya sebagai karya besar Gogu Constantinescu, penemu besar Rumania. Di Dobrudja pula, Anda akan menemukan aplikasi ajaran Islam bahwa kebersihan sebagian dari iman. Buktinya, Dobrudja menjadi salah satu daerah tujuan wisata sejarah paling penting di kawasan Balkan. Sebuah status yang mampu mengangkat perekonomian masyarakat Muslim di dalamnya.

Komunitas Muslim di Rumania telah ada jauh sebelum Kekaisaran Ottoman menaklukkan kawasan ini. Menurut catatan Wikipedia, Islam telah ada di kawasan ini sejak 700 tahun silam. Para prajurit Tatar dari Kekaisaran Golden Horde (1280-1310), pimpinan Noghai yang kali pertama membentuk desa-desa Muslim di Dobrudja. Para antropolog menyebut mereka Noghai Tatar, untuk membedakan dialek mereka dengan masyarakat Tatar yang datang belakangan.

Sultan Bayezid I dari Kekaisaran Ottoman Turki yang menaklukkan Dobrudja di akhir abad ke-14, sempat memindahkan mereka ke Badabag. Namun, Sultan Mehmet I (1413-1421) memukimkan mereka kembali di Dobrudja bersama orang-orang Turki dari Asia Kecil.

Kini, penganut Islam di Rumania tidak hanya terbatas pada komunitas Muslim di Dobrudja. Beberapa tahun terakhir, banyak warga non-Muslim di Rumania yang tertarik untuk masuk Islam. Asosiasi Muslim Rumania yang bermarkas di Bukarest, ibu kota Rumania, secara khusus mencatat kebanyakan para mualaf di Rumania masuk Islam pada bulan Ramadhan.

Robert Hoisan dari Asosiasi Muslim Rumania menuturkan, kini hampir di setiap kota-kota besar di Rumania terdapat komunitas Muslim. Salah satunya adalah kota Constanta, yang memiliki populasi umat Islam terbesar, mencapai 85 persen. Constanta sendiri merupakan sebuah kota keresidenan di tenggara Rumania.

Mualaf meningkat
Ramadhan tahun lalu, kata Hoisan, menjadi bulan puasa yang sangat spesial di Rumania karena orang yang masuk Islam makin banyak. Menambah jumlah warga Muslim Rumania yang pada tahun lalu, tercatat ada sekitar 70 ribu jiwa atau 2 persen dari 22 juta jiwa total penduduk negara ini. Kebanyakan dari mereka berasal dari Turki dan Albania.

Pada Ramadhan tahun lalu, seperti dilansir situs IslamOnline, para mualaf di Rumania dilibatkan secara aktif dalam aneka aktivitas selama bulan puasa. Salah satu yang menarik adalah acara buka bersama. Tak seperti biasanya, kali ini mereka berkeliling kota untuk menjumpai rekan-rekan sesama Muslim untuk diajak buka bareng. Tujuan mereka adalah untuk membangun jembatan antarsesama saudara se-Islam.”Ini merupakan kali pertama para mualaf turut serta, secara aktif dalam aneka aktivitas selama Ramadhan. Contohnya, Ramadhan ini, kami menyelenggarakan buka puasa bersama dengan cara berpindah-pindah. Kami bersafari dari satu kota ke kota lainnya untuk acara buka bersama ini,” ujar Hoisan.

Seiring dengan meningkatnya jumlah warga Rumania yang masuk Islam, Asosiasi Muslim Rumania juga berupaya untuk membangun jaringan (network) dengan kalangan Islam di seluruh Eropa.”Kami telah menyusun daftar mualaf baru di seluruh Rumania, semata-mata untuk menjalin silaturahim dengan mereka. Kami undang mereka ke masjid. Tak hanya untuk berbuka, tetapi juga guna membahas berbagai persoalan menyangkut masa depan Islam di sini,” ujar Hoisan.

Dia juga menyebutkan, kitab suci Alquran dan petunjuk Nabi Muhammad SAW harus menjadi acuan untuk membangun segala aspek dalam kehidupan. ”Kami terus belajar dan mencoba berbagi ilmu semampu kami dengan para mualaf baru. Begitu juga, dengan orang-orang non-Muslim yang tertarik dengan Islam,” ungkap Hoisan.

Para mualaf di Rumania memang terlihat sangat aktif pada tahun-tahun terakhir ini. Tak hanya di bulan Ramadhan, tapi juga di waktu yang lain, katakan seperti di bulan haji mereka juga terlibat aktif. Bahkan, setiap tahun terjadi peningkatan jamaah yang cukup signifikan. Pada tahun 2006 silam, diikuti oleh 320 jamaah dan merupakan yang terbesar sejak 1989, atau setelah lepas dari komunis. Haji tahun 2005 diikuti oleh 180 jamaah. Beberapa dari mereka mengaku mendapatkan kedamaian hati yang tiada tara selepas melaksanakan ibadah haji.

”Bagi saya, haji adalah pengalaman rohani terindah yang pernah saya rasakan dalam hidup. Saya bersyukur bisa ke sana. Nikmat sekali mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Alquran di Makkah,” ujar Istan Liliana, salah seorang mualaf Rumania yang masuk Islam pada pertengahan 2005 silam seperti dikutip IslamOnline.

Liliana yang bermukim di Kota Constanta memang telah lama menunggu kesempatan untuk bisa ziarah ke Tanah Suci, guna mendapatkan kedamaian hati dan pikiran. Ia mengaku banyak mendapat tantangan setelah memeluk Islam, baik dari keluarga maupun masyarakat. Misalnya, ia kehilangan pekerjaannya persis selepas mengenakan jilbab. Lalu, diacuhkan oleh keluarga dan teman-temannya. Dia tetap tegar menghadapinya seraya berdoa untuk keluarga dan para sahabatnya, agar mendapatkan hidayah suatu ketika nanti. ”Namun, kebahagiaan yang saya peroleh lebih besar daripada tantangan ini,” katanya.

Manfaatkan TV Sebagai Sarana Dakwah

Hasil dari revolusi telekomunikasi menuai hasil. Berkat revolusi telekomunikasi ini, masyarakat Muslim di Rumania kini menggunakan televisi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan Islam ke seluruh penjuru wilayah tenggara Eropa.”Televisi adalah cara tercepat untuk menjangkau ke berbagai lapisan masyarakat,” kata Abu Alaa El-El-Gheithy, direktur Taiba Foundation, kepada IslamOnline.

Melalui media ini, tegas Gheithy, pihaknya dapat memiliki akses yang mudah ke setiap rumah di Rumania. Taiba Foundation, jelasnya, akan menyiarkan program bertajuk ‘Islam Today’ di saluran televisi swasta, DDTV. Program berdurasi dua jam ini akan tayang seminggu sekali untuk memperkenalkan Islam ke masyarakat Rumania. ”Sejak 2006, lebih dari 100 episode dari program ini telah disiarkan,” ujarnya.

Gheithy menambahkan, pihaknya juga menampilkan masyarakat biasa dari kalangan Muslim sebagai bintang tamu, untuk membahas masalah kepedulian terhadap minoritas Muslim. ”Hal ini telah membuat pemirsa lebih mengenal kami dan pesan yang ingin kami sampaikan,” paparnya.

Saat ini terdapat sekitar 70 ribu Muslim di Rumania. Jumlah tersebut meningkat dua persen dari total populasi 22 juta penduduk di Rumania. Kebanyakan Muslim di Rumania berasal dari masyarakat beretnis Tatar, Turki, atau etnis Albania.

Lebih jauh Gheithy mengatakan, banyak program TV lokal yang tertarik untuk mengundang pemimpin Muslim sebagai bintang tamu. ”Kami telah diundang oleh saluran TV swasta nasional terkemuka di Rumania, untuk berbicara mengenai masalah-masalah yang terkait dengan minoritas Muslim,” katanya.

Tidak hanya itu, pihaknya, lanjut Gheithy, juga diminta untuk mengulas isu seputar perkawinan campuran dan poligami. ”Dengan begitu, kami bisa menjelaskan semua pandangan keliru terhadap Islam selama ini.”

Ia mengatakan, masyarakat dari kalangan Muslim juga bisa tampil di televisi untuk membahas berbagai masalah dari perspektif Islam. Keberadaan TV dakwah ini, sambungnya, juga memberikan kesempatan kepada Muslim Rumania untuk mengetahui isu-isu seputar dunia Arab.”Kami juga membahas berbagai isu-isu mengenai perempuan, tindakan ekstremis, terorisme, dan toleransi kehidupan beragama,” tambahnya.

Syiar Islam di Rumania juga tidak hanya dilakukan melalui media televisi. Muslim Rumania juga menggunakan media cetak, salah satunya dengan menerjemahkan buku-buku Islam ke dalam bahasa lokal. ”Muslim di sini telah menerjemahkan lebih dari 55 buku yang sesuai dengan kondisi masyarakat di Eropa,” ujarnya.

Kalangan Muslim Rumania, tambah Gheithy, juga ikut ambil bagian dalam berbagai pameran buku dengan menampilkan beberapa buku terjemahan Islam. Selain itu, umat Islam juga menyelenggarakan forum dan pertemuan untuk memperkenalkan Islam ke masyarakat Rumania.”Ini sangat penting bagi minoritas Muslim di Barat, untuk memperluas media penyampaian dalam mendidik masyarakat tentang Islam,” katanya. dia/taq[republika]

Presiden Teladan dan Termiskin di Dunia

Presiden Iran saat ini:


Mahmoud Ahmadinejad, ketika di wawancara oleh TV Fox (AS) soal kehidupan pribadinya:




“Saat anda melihat di cermin setiap pagi, apa yang anda katakan pada diri anda?” Jawabnya: “Saya melihat orang di cermin itu dan mengatakan padanya:
“Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran .”

Berikut adalah gambaran Ahmadinejad yang belum tentu orang ketahui, dan pastiyang membuat orang ternganga dan terheran-heran :

1. Saat pertama kali menduduki kantor kepresidenan Ia menyumbangkan seluruh karpet Istana Iran yang sangat tinggi nilainya itu kepada masjid2 di Teheran dan menggantikannya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan.


2. Ia mengamati bahwa ada ruangan yang sangat besar untuk menerima dan menghormati tamu VIP, lalu ia memerintahkan untuk menutup ruang tersebut dan menanyakan pada protokoler untuk menggantinya dengan ruangan biasa dengan 2 kursi kayu, meski sederhana tetap terlihat impresive.














3. Di banyak kesempatan ia bercengkerama dengan petugas kebersihan di sekitar rumah dan kantor kepresidenannya.



4. Di bawah kepemimpinannya, saat ia meminta menteri2 nya untuk datang kepadanya dan menteri2 tsb akan menerima sebuah dokumen yang ditandatangani yang berisikan arahan2 darinya, arahan tersebut terutama sekali menekankan para menteri2nya untuk tetap hidup sederhana dan disebutkan bahwa rekening pribadi maupun kerabat dekatnya akan diawasi,
sehingga pada saat menteri2 tsb berakhir masa jabatannya dapat meninggalkan kantornya dengan kepala tegak.

5. Langkah pertamanya adalah ia mengumumkan kekayaan dan propertinya yang terdiri dari Peugeot 504 tahun 1977, sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran. Rekening banknya bersaldo minimum, dan satu2nya uang masuk adalah uang gaji bulanannya.


6. Gajinya sebagai dosen di sebuah universitas hanya senilai US$ 250.



7. Sebagai tambahan informasi, Presiden masih tinggal di rumahnya.
Hanya itulah yang dimilikinyaseorang presiden dari negara yang penting baik secara strategis, ekonomis, politis, belum lagi secara minyak dan pertahanan.
Bahkan ia tidak mengambil gajinya, alasannya adalah bahwa semua kesejahteraan adalah milik negara dan ia bertugas untuk menjaganya.

8. Satu hal yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas yg selalu dibawa sang presiden tiap hari selalu berisikan sarapan; roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya dan memakannya dengan gembira, ia juga menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk presiden.





9. Hal lain yang ia ubah adalah kebijakan Pesawat Terbang Kepresidenan,
ia mengubahnya menjadi pesawat kargo sehingga dapat menghemat pajak masyarakat dan untuk dirinya, ia meminta terbang dengan pesawat terbang biasa dengan kelas ekonomi.

10. Ia kerap mengadakan rapat dengan menteri2 nya untuk mendapatkan info tentang kegiatan dan efisiensi yang sdh dilakukan, dan ia memotong protokoler istana sehingga menteri2 nya dapat masuk langsung ke ruangannya tanpa ada hambatan. Ia juga menghentikan kebiasaan upacara2 seperti karpet merah, sesi foto, atau publikasi pribadi, atau hal2 spt itu saat mengunjungi berbagai tempat di negaranya.



11. Saat harus menginap di hotel, ia meminta diberikan kamar tanpa tempat tidur yg tidak terlalu besar karena ia tidak suka tidur di atas kasur, tetapi lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut. Apakah perilaku tersebut merendahkan posisi presiden? Presiden Iran tidur di ruang tamu rumahnya sesudah lepas dari pengawal2nya yg selalu mengikuti kemanapun ia pergi.
Menurut koran Wifaq, foto2 yg diambil oleh adiknya tersebut, kemudian dipublikasikan oleh media masa di seluruh dunia, termasuk amerika.




12. Sepanjang sholat, anda dapat melihat bahwa ia tidak duduk di baris paling muka




13. Bahkan ketika suara azan berkumandang,
ia langsung mengerjakan sholat dimanapun ia berada meskipun hanya beralaskan karpet biasa




14. baru-baru ini dia baru saja mempunyai Hajatan Besar Yaitu Menikahkan Puteranya. Tapi pernikahan putra Presiden ini hanya layaknya pernikahan kaum Buruh. Berikut dokumentasi pernikahan Putra Seorang Presiden




sebegitu sederhanakah dia?